Keputusan Baba

496 41 0
                                    

Sebelum lanjut, aku mau ngingetin lagi ya kalau buku ini berisi konten dewasa. Bukan cuma menyangkut sexualitas, tapi juga kata kasar dan sebagainya. Jadi, buat yang merasa nggak sesuai nih sama kalian. Bisa stop di sini, okay?

Happy reading!

•••••

Jisan dan Selena hanya mampu terduduk dengan kepala menunduk. Di hadapan mereka kini ada Mahen dan Noah yang menatap keduanya dengan tatapan sulit diartikan. Sedangkan Hera dan Renata berdiri sedikit lebih jauh dari keempatnya.

"Mereka beneran ngelakuin itu?" tanya Hera dengan suara berbisik.

"Yang gue liat hampir. Ada bekas kemerahan di lehernya Lena juga," jawab Renata dengan suara berbisiknya juga.

"Jangan-jangan mereka udah ngelakuin duluan," duga Hera.

"Nggak, nggak mungkin. Lo jangan nakutin gue dong, 'kan rencananya ngejebak doang."

"Ya elah Ren, kalau beneran juga nggak papa kali. 'Kan tinggal nikahin doang," ujar. Hera.

"Enak lo ngomong gitu, anak gue tuh."

"Udah tenang aja, pasti semuanya berjalan lancar. Percaya sama gue."

Renata tidak merespon apapun. Ia kembali fokus menatap ke arah sang anak yang sedang diintrogasi oleh suaminya dan juga Mahen. Sebenarnya ia tidak tega melihat wajah melas Selena, tapi Noah menyuruhnya lebih dulu untuk menyingkir karena tahu sang istri pasti akan mengacaukan semuanya.

"Kamu ngapain Bang?" tanya Mahen.

Jisan merasa lidahnya mendadak kaku, tidak dapat berkata apapun.

"Kamu diminta tolong sama Om Noah juga Tante Rena buat jagain Selena. Kenapa jadi gini?"

Jisan masih diam. Namun, ia juga sadar jika ia bersalah di sini.

"Semalam tidur di mana kamu? Di kamar Selena?" tanya Mahen.

"Iya Dad..."

"Daddy tau kamu udah dewasa, tapi tetep nggak bisa semena-mena kayak gini. Kamu ngambil kesempatan dalam kesempitan?"

"Nggak gitu, Dad. Abang cuma nemenin Lena semalam karena takut petir," sangkal Jisan. Pemuda itu baru berani menatap ke arah sang ayah.

"Ya terus? Kenapa bisa Tante Rena mergokin kamu kayak tadi?"

Jisan kembali diam. Selena melirik ke arah Jisan  yang kembali menundukkan kepalanya. Ia membuka suara, mencoba memberi pembelaan terhadap Jisan.

"Om, biar Lena yang jelas–"

"Kamu diem Kak, bukan giliran kamu ngomong," potong Noah.

Selena yang baru pertama kali mendengar nada dingin sang ayah pun akhirnya kembali diam. Gadis itu menipiskan bibirnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Selena lebih takut mengecewakan orang tuanya, walaupun sepertinya sudah terjadi.

"Baba kecewa waktu tau kalau ternyata kalian sama-sama mau. Walaupun kalian bilang nggak ngelakuin hal lebih, tapi itu nggak bisa dijadiin pembelaan. Kalau misalnya hari ini nggak ketahuan, kalian bakal lanjut, begitu?"

Renata hampir saja berlari ke arah Selena saat melihat sang anak mulai terisak kalau saja tidak ditahan oleh Hera.

"Aduh Ren diem dulu," bisik Hera.

"Anak gue nangis!"

"Iyaa biarin dulu."

Renata berhenti berontak, tapi di dalam hatinya ia terus menggerutui sang suami karena sudah memarahi anaknya.

SALAH PAHAM [JiChen Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang