Berpulang; Semesta Merestui

448 43 7
                                    

Sebelum lanjut, aku mau ngingetin lagi ya kalau buku ini berisi konten dewasa. Bukan cuma menyangkut sexualitas, tapi juga kata kasar dan sebagainya. Jadi, buat yang merasa nggak sesuai nih sama kalian. Bisa stop di sini, okay?

Part ini lebih banyak narasinya, penuh drama juga.

Kalau ada salah pengetikan tolong tandai di kolom komentar, ya.

Happy reading!

•••••

"Manisha harus tetap dimakamkan sesuai keyakinannya, buat menghargai mendiang juga."

15 menit yang lalu Mahen dan Jisan baru saja kembali dari Surabaya. Butuh waktu kurang lebih 18 jam untuk bolak-balik Jakarta-Surabaya menggunakan mobil. Saat baru sampai di sana, mereka mendapatkan kabar bahwa Manisha dan Alif tidak selamat dalam kecelakaan. Membuat beberapa orang di rumah terutama Hera merasa terguncang dengan kabar tersebut. Tidak ada yang memejamkan mata sampai dini hari, menunggu kepulangan Manisha yang langsung di antar ke Jakarta. Berbeda dengan mendiang suaminya yang langsung diambil alih oleh keluarga Alif sendiri.

"Tadi sore gue udah ke rumah Pak RT buat minta bantuan. Mungkin Pak RT juga lagi minta bantuan warga lain," ujar Noah.

Sejak sore tadi, setelah mendapatkan kabar, Noah langsung memberitahukan warta ini kepada Ketua RT di lingkungan mereka untuk dimintai bantuan. Karena mau bagaimanapun mereka semua di sini awam, dan takut melanggar aturan jika tidak meminta bantuan.

Tidak lama, Ketua RT mereka benar datang bersama para warga ke kediaman Hera dan juga Mahen. Segala macam rangkaian dilakukan, dengan lantunan ayat suci yang juga tidak berhenti dibacakan.

Pada saat tubuh mendiang Manisha hendak ditutup keseluruhan. Pihak keluarga diminta untuk memberikan ciuman terakhir. Begitupun dengan Selena yang membantu Baby Alan untuk mendekat ke arah tubuh sang ibu. Balita itu sudah terbangun sejak kedatangan Manisha, mungkin ia juga ingin mengantarkan kepulangan sang ibu.

Selena berusaha menahan tangisnya agar tidak mengenai tubuh Manisha, saat wanita itu membantu Alan untuk mencium wajah ibunya. Tepat setelah tubuh Alan dijauhkan, balita itu menangis keras membuat Selena juga ikut meneteskan air mata. Jisan berinisiatif mengambil Alan dari pelukan Selena dan membantu sang istri untuk bergeser mundur, memberi ruang kepada para warga untuk menutup tubuh kaku Manisha.

Tangisan Hera yang memang belum reda sejak tadi kembali menjadi. Wanita paruh baya itu meneteskan air mata tanpa bersuara di pelukan Renata. Bagi orang yang berjasa membesarkan Manisha, cukup berat untuk Hera melepas kepergian keponakan satu-satunya. Akan tetapi mengingat begitu sulitnya kehidupan Manisha selama di dunia, ia berusaha untuk mengikhlaskannya.

Pemakaman dilanjutkan setelah salat Subuh dilaksanakan. Semua anggota keluarga ikut mengantar Manisha ke tempat peristirahatan terakhirnya. Langit pagi ini pun ikut menangis, seolah memberi pertanda bahwa semesta juga turut hadir dalam mengiringi kesedihan mereka.

"Sayang..." panggil Jisan kepada Selena, saat mereka sudah kembali ke rumah.

Selena yang baru saja selesai meletakkan Alan di atas ranjang teralihkan oleh suara sang suami.

"Kenapa, Ji?" tanya Selena.

Jisan merengkuh tubuh Selena tanpa memberi jawaban apapun. Dengan spontan, Selena memberikan elusan di kepala pria Februari itu.

SALAH PAHAM [JiChen Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang