Alandra Wisenja Basunjaya

572 44 4
                                    

Sebelum lanjut, aku mau ngingetin lagi ya kalau buku ini berisi konten dewasa. Bukan cuma menyangkut sexualitas, tapi juga kata kasar dan sebagainya. Jadi, buat yang merasa nggak sesuai nih sama kalian. Bisa stop di sini, okay?

Kalau ada salah pengetikan tolong tandai di kolom komentar, ya.

Happy reading!

•••••

"Bu bu bu wat uweh..."

Selena dan Jisan terkekeh mendengar celotehan Alan. Semakin hari, balita itu semakin bawel saja menyaingi aminya. Jisan kembali memberikan biskuit ketiga saat Alan sudah menghabiskan biskuit keduanya. Pipi gembulnya sudah ternodai oleh remahan biskuit, begitupun dengan kedua tangannya yang balita itu gunakan untuk memegang biskuit. Beruntung pakaiannya sudah terlapisi kain.

"Alan sering bilang bu bu, itu manggil kamu ya yang?" tanya Jisan kepada Selena yang sedang fokus dengan adonan bronis.

Setelah perseteruan tadi, Selena mengambil Alan dari rumah sang ibu. Kemudian wanita itu membuat bronis untuk diberikan kepada keluarganya, terutama Hera yang Selena dengar sangat suka dengan bronis.

"Kayaknya iya," jawab Selena.

"Berarti kalau manggil aku apa?"

Selena tersenyum mendengarnya. "Coba tanya anaknya."

Jisan menatap ke arah Alan yang masih asik dengan makanannya.

"Alan, ini siapa?" tanya Jisan seraya menunjuk dirinya sendiri.

Buntelan imut itu tidak menjawab apapun selain memandang sang paman dengan tatapan polos dan mulut yang tidak berhenti mengunyah.

"Kok nggak dijawab, yang?"

Selena tidak tahan untuk tidak terkekeh. Wanita itu pun mengambil air minum menggunakan gelas kecil milik Alan sebelum mendekat ke arah keduanya.

"Lagi sibuk makan itu. Liat aja mulutnya penuh banget." Selena menyerahkan gelas berisi air itu kepada Jisan sebelum kembali berkutat dengan peralatan masak.

Netra bening Alan berpusat pada gelas yang berada di genggaman Jisan. Kedua tangan mungilnya terulur, seolah hendak mengambil alih gelas miliknya.

"Num yah num yayah!" pekik Alan.

Jisan menoleh dengan cepat saat rungunya mendengar Alan mengatakan sesuatu. Ia menahan kedua tangan balita itu yang masih berusaha meraih gelas.

"Tadi Alan bilang apa?"

"Bilang apa?" tanya Selena. Wanita itu kembali mendekat setelah meletakkan adonan ke dalam oven.

"Yah! Num num yah!" pekik Alan, lagi.

"Yang aku dipanggil ayah?!" Jisan menatap tidak percaya ke arah buntelan imut yang kini mulai meronta. "Beneran ayah 'kan..." gumam Jisan.

Selena tergelak pelan melihat raut takjub yang suaminya tunjukkan. "Iya, tapi itu kasih dulu minumnya, kasian," ujar Selena.

Jisan yang masih dalam mode terkejut itu pun akhirnya memberikan Alan minum. Reaksi yang ditunjukkan Jisan bak menemukan sesuatu yang menakjubkan dan baru pertama kali ia temui. Ya, walaupun ini memang pengalaman pertama bagi Jisan.

"Wah..." gumam Jisan, masih dengan tatapan tak percayanya.

"Kamu kenapa sih?" Reaksi itu mengundang kekehan geli dari Selena.

SALAH PAHAM [JiChen Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang