Menginap

518 41 5
                                    

Sebelum lanjut, aku mau ngingetin lagi ya kalau buku ini berisi konten dewasa. Bukan cuma menyangkut sexualitas, tapi juga kata kasar dan sebagainya. Jadi, buat yang merasa nggak sesuai nih sama kalian. Bisa stop di sini, okay?

Happy reading!

•••••

Jisan berkali-kali menghela napasnya dengan tatapan jengah yang ia lontarkan ke arah Selena. Gadis itu sejak tadi mengganti-ganti saluran televisi. Ya, hanya mengganti-ganti saja, tanpa tahu ingin menonton apa. Dengan gemas Jisan merebut remote dari tangan Selena, ia pun mematikan televisi dan mengundang pekikan protes dari gadis itu.

"Kok dimatiin?!"

"Pusing gue liat lo cuma ganti-ganti channel," kata Jisan.

Selena mengerucutkan bibirnya seraya melemparkan tubuhnya pada sandaran sofa.

"Gue bosen!!"

Jisan meringis saat mendengar suara melengking sang danuh yang cukup memekikkan telinga. Pemuda itu menahan diri untuk tidak kembali ke rumahnya demi menghindari amukan sang ibu.

"Gue balik aja deh." Jisan hendak bangkit dari duduknya, tapi kembali terduduk di sofa saat Selena menarik lengannya.

"Eh, 'kan perjanjiannya lo temenin gue sampai Rio pulang," kata Selena.

Kini sudah memasuki jam 9 malam dan Rio belum juga pulang sejak sore tadi. Remaja itu sempat menghubungi Selena guna memberitahu jika dirinya akan pulang terlambat. Selena menawarkan perjanjian kepada Jisan agar pemuda itu menemani dirinya hanya sampai sang adik pulang. Karena keduanya tidak setuju jika Jisan menginap di rumah Selena.

Suasana malah menjadi hening ketika Jisan memutuskan untuk duduk kembali. Rasa canggung terlihat jelas menyelimuti keduanya. Dalam hati, Selena berkali-kali menyebut nama sang adik agar remaja itu segera memunculkan batang hidungnya, seolah-olah Rio akan datang setelah tiga kali namanya disebutkan. Selena juga sedang menahan rasa penasarannya akan sesuatu. Ia bisa saja menanyakan hal itu kepada Jisan, hanya saja ia merasa gengsi.

Namun, Selena juga tidak tahan dengan suasana seperti ini. Ia berdecak pelan karena Jisan tidak berusaha sama sekali untuk mencairkan suasana, justru malah asik mengalihkan rasa canggungnya dengan memainkan ponsel.

"Ji," panggil Selena.

"..."

Selena menoleh ke arah Jisan saat tidak mendapatkan respon. "Ji?" panggilnya lagi.

Pemuda itu masih saja acuh dengan panggilan Selena. Dengan gemas Selena mencubit perut keras pemuda itu.

"Akh! Lo kenapa sih?" tanya Jisan. Pemuda itu mengelus perutnya sendiri. Sebenarnya cubitan Selena tidak terasa sama sekali, ia juga sengaja mengabaikan panggilan gadis itu.

"Lo yang kenapa?! Gue panggil dari tadi juga."

Jisan tersenyum melihat Selena mengerucutkan bibirnya. Membuat alis gadis itu yang sudah menukik semakin menukik.

"Ngapain lo senyum-senyum?!"

"Lo galak, tapi lucu."

Wajah Selena memerah bukan karena terkena alergi ataupun terkena pukulan, melainkan karena kalimat yang baru saja terlintas masuk ke dalam rungunya.

"Apaan sih?! Gue mau nanya sesuatu," ujar Selena, mengalihkan topik.

Jisan meletakkan ponselnya di sofa kemudian memiringkan tubuhnya untuk menghadap Selena dan menatap wajah gadis itu. "Tanya apa?"

SALAH PAHAM [JiChen Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang