Berakhir

353 28 2
                                    

Sebelum lanjut, aku mau ngingetin lagi ya kalau buku ini berisi konten dewasa. Bukan cuma menyangkut sexualitas, tapi juga kata kasar dan sebagainya. Jadi, buat yang merasa nggak sesuai nih sama kalian. Bisa stop di sini, okay?

Kalau ada salah pengetikan tolong tandai di kolom komentar, ya.

Happy reading!

•••••

Hera dan Mahen yang baru saja datang ke Jakarta langsung menuju rumah sakit. Jisan juga berada di rumah sakit, setelah mengantarkan Rio dan juga Alan yang akan dititipkan kepada Renata sementara waktu.

"Gimana ceritanya, Ji? Kok bisa kebobolan gini?" tanya Hera.

"Dari yang Mama Ren ceritain, Selena emang udah ditemuin dalam keadaan nggak sadar," jelas Jisan.

"Tapi Abang udah tau pelakunya?" tanya Mahen.

Jisan menganggukkan kepalanya. "Jake, rekan kerja Abang, tapi sayangnya polisi belum nemuin di mana orang itu."

"Jadi si Jake itu menghilang maksudnya?" tanya Hera.

"Iya, Mi. Polisi tadi langsung datang ke tempat tinggalnya yang ada di Jakarta, tapi nggak ada Jake di sana."

"Ya Tuhan, semoga polisi cepat nemuin Jake di mana," ujar Hera.

Mahen dan Jisan mengamini doa Hera. Orang seperti Jake tidak aman dibiarkan berkeliaran. Mereka juga takut jika ternyata Jake masih berada di sekitar mereka, hanya saja tidak terlihat keberadaannya.

"Tapi kenapa si Jake ini ngelakuin hal kayak gitu sama kalian? Bahkan nyelakain Selena. Kamu sempat berselisih sama dia, Bang?"

"Nggak pernah, Pi, tapi dari awal Jake datang ke pernikahan Abang sama Selena, Jake selalu nyoba buat ngulik pernikahan Abang," jelas Jisan.

"Alasan dia ngelakuin ini semua masih rancu," ujar Mahen.

Rancu bagi mereka yang tidak tahu. Karena yang mengetahui alasan di balik mengapa Jake melakukan ini adalah hanya Selena, sahabat Selena semasa di Australia, dan Jake-nya sendiri.

Hera menatap sendu ke arah Selena yang sedang tertidur di atas ranjang rumah sakit. Ia dapat merasakan betapa sakitnya kehilangan sosok berharga yang bahkan wujudnya belum terlihat. Mengingat, Hera pernah berada di posisi itu juga.

Dahi wanita itu mengerut bingung saat melihat mata terpejam Selena meneteskan air mata. Tidak lama, disusul dengan gumaman yang tidak begitu terdengar jelas.

"Bang, itu Lena kenapa ya? Kok nangis gitu," kata Hera.

Jisan yang melihat itu dari sofa pun beranjak mendekati sang istri. Ia mendudukkan tubuhnya di kursi samping ranjang.

"Maaf... Mami hiks..."

"Sayang, bangun dulu yuk." Jisan mencoba untuk membangunkan Selena dari mimpi buruknya.

Hera dan Mahen ikut mendekat saat isakan Selena semakin mengeras.

"Sayang, hey, ayo bangun dulu," ujar Jisan.

Pria itu menepuk-nepuk pelan pipi Selena yang sedikit kurus. Selena pun akhirnya membuka kelopak matanya yang juga ikut basah oleh air mata.

"Kenapa sayang? Mimpi buruk?" tanya Jisan.

"Ji... huhuu nggak mau..." Selena kembali menangis, tapi kali ini dengan mata yang terbuka.

SALAH PAHAM [JiChen Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang