22. Exam

8 3 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Kedua kaki itu terus dipacu untuk berlari hingga tak peduli seberapa lelah yang dirasakannya. Ia terus melihat sekeliling berharap menemukan sosok perempuan yang ia cari sejak tadi dari kerumunan siswa yang sama-sama berjalan menuju gerbang sekolah.

Peluh yang memasahi dahi dan rambut Binar tidak menurunkan ambisinya untuk memberi tahu kebenaran ini. Ia tidak ingin Freya terdampak dari perbuatan Jovan.

"Freya harus tahu kebenarannya! Kali ini aku yang akan membongkar!"

Ambisi Binar semakin menguar begitu ia berhenti berlari saat sudah tiba di gerbang sekolah. Ia menoleh ke kanan dan kiri, tetap tidak ada tanda-tanda Freya Anindita.

"Kemana dia, ya?"

Usai meraup napas sebanyak-banyaknya, Binar melanjutkan kakinya untuk berlari menuju jalan raya. Seberang jalan sana, ada halte kedua. Halte umum untuk transportasi. Bukan Halte sekolah. Halte sekolah yang berada tak jauh dari gerbang sekolah, hanya berorperasi saat pagi hari.

Panas teriknya siang menuju sore tak membuat Binar kelelahan. Ia menerobos diantara banyaknya orang yang berlalu-lalang di atas trotoar sore itu.

Hingga tanpa sadar pandangannya menangkap perempuan berambut pendek dengan seragam SMA Yonghan dan tas merah mudanya.

"Freya!" teriak Binar sembari melambaikan tangannya dari seberang jalan.

Begitu memastikan itu adalah Freya dengan Vena, Binar berjalan gontai sembari memastikan lampu merah tetap pada tempatnya sehingga ia bisa menyebrang.

Baru beberapa langkah menyebrang, klakson dari arah kanan terdengar begitu nyaring.

Sebuah mobil keluar dari belokan dan mengebut kencang di jalanan rayng lampu lalu lintasnya sedang merah.

Brukk!

Pipil mata Binar hanya membulat sempurna, terkejut karena sepersekian detik kemudian tubuhnya sudah melayang di udara, terhempas layaknya kapas yang lemah di atas bumi.

Tatapannya sayu, mendapati ia sekarang sedang dalam masa kritis. Musibah ini tidak ada dalam perkiraan yang bisa dihindari Binar. Begitu ia masih di atas udara hingga terguling jauh dari posisi menyebrangnya semula, kedua kelopak matanya terpejam.

Frey...kamu harus tahu kebenaran ini terlebih dahulu...

Semua nampak gelap, sebelum kepalanya pusing dan beberapa suara membekapnya.

***

"SUSTER, TOLONG TEMAN SAYA! SEGERA, TOLONG, SUS!"

Roda brankar yang terus bergerak karena didorong itu di atasnya tergeletak tubuh Binar yang begitu parah dengan kepala mengucurkan cairan merah, bagian tungkai kaki terlihat sobek, bahkan dengan luka yang menghias seluruh tubuhnya.

Replay [SELESAI] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang