23. Bad Tactics

11 3 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Pokoknya aku tidak mau tahu! Ambil kameraku sekarang juga!"

Teriakan di ujung panggilan itu benar-benar hampir memecah gendang telinga Ferdi. Ia sampai harus menjauhkan gagang telepon dari daun telinganya karena teriakan melingking itu bisa-bisa akan menganggu pendengarannya.

"Ba-bagaimana bisa kamu dapat nomor telepon rumahku?!"

Ferdi bahkan sudah tahu ini akan terjadi. Pasalnya, ia sudah mengabaikan telepon yang berulang kali masuk dari Vena hanya karena sebuah kamera yang ia pinjam.

"Aku bisa dapat nomormu dari mana saja! Pokoknya sekarang cepat ke sekolah! Aku butuh kameraku detik ini juga, Ferdi!!! Bertanggung jawab, dong!"

Ferdi menghela napas gusar. Ia sampai memasang wajah jelek hanya untuk mengejek Vena yang berisiknya minta ampun.

"Aduh, iya, deh, besok aku ambil. Udah, ya-"

"FERDII!! KALAU AKU DISAMPINGMU UDAH KUPUKUL, KAU!"

Teriakan cempreng itu membuat Ferdi terbayang wajah Vena yang galaknya minta ampun.

"Ambil sekarang di sekolah! Aku butuh malam ini juga!"

"Vens, tapi ini udah malam. Kamu tahu, kan, mitos SMA Yonghan kalau malam? Apalagi daerah sana dekat dengan Rumah Sakit Yonghan."

"Aku tidak mau tahu, ya, Ferdi! Kalau malam ini kamu belum sampai ke rumahku, aku tarik kata-kataku untuk membantu Binar dekat dengan Freya!!"

"Eh...jangan!" Ferdi dengan cepat menahan telepon agar tidak dimatikan sepihak oleh Vena. Ia mendekatkan bibirnya pada telepon genggam itu. "Aku ke sekolah sekarang. Malam ini."

"Oke, tepati janjimu. Aku tunggu malam ini!"

Sambungan telepon terputus begitu saja membuat Ferdi menghela napas gusar. Jika bukan karena Bonang dan Adil yang ingin meminjam kamera untuk acara mereka sendiri, Ferdi tidak akan sesusah sekarang ini.

"Awas saja, ya, Adil, Bonang. Ini harus beneran ke sekolah malam-malam?!"

Ferdi merengek seperti bayi yang baru lahir. Mau tak mau, suka tak suka, ia tetap menggunakan sepedanya untuk menuju sekolah malam ini.

Begitu sudah tiba, suasana langsung berbeda. Ia mengambil jalur selatan menuju pagar belakang SMA Yonghan. Jika ia lewat gerbang depan, satpam garang itu akan memarahinya.

"Tuhan, lindungi saya dari semua setan-setan itu. Kehidupan ini cobaannya lebih daripada bertemu dengan semua setan-setan penghuni sekolah, Tuhan."

Ferdi menarik napas panjang, lantas membiarkan sepedanya teronggok di sudut jalanan dan ia beranjak untuk segera memanjat pagar itu. Untungnya, tidak terlalu tinggi dan ia sampai menipak tanah dengan selamat.

Laki-laki itu mulai berjalan menyusuri koridor yang lumayan gelap itu menggunakan senter. Tidak pernah ia semalam ini berkunjung ke SMA Yonghan. Tidak akan pernah ada siswa yang mau untuk kesini malam hari.

Replay [SELESAI] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang