1. Living in the Present

30 10 3
                                    

Hello yorobun!! 👋👋

Setelah membaca Prolog, kita masuk ke Chapter 01. Latar cerita masih di tahun 2023 yaww!

Kita kenal lebih dalam tokoh utama dulu!! Happy reading 🤍🥰

Kita kenal lebih dalam tokoh utama dulu!! Happy reading 🤍🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Lo yakin, proposal yang lo ajuin ke direktur bukan proposal yang salah?"

Wanita berembut panjang hitam pekat yang dikuncir kuda dengan ikat kuncir berwarna ungu itu membiarkan sahabat di hadapannya mengoceh tiada henti. Ia henya memutar bola mata malas sembari menyeruput caramel macchiato yang baru saja tersaji di hadapan mereka berdua.

"Gue bener-bener masih gak terima si dukun beranak itu ngompor-ngomporin lo depan direktur. Mau ditaro mana, muka lo, anjir?"

"Ya, udah, lah. Lagian udah nyebar juga berita ini," tukas wanita itu santai. Dalam hati, ia benar-benar resah posisinya kali ini terancam hilang.

Lawan bicaranya itu memelotot panik. "Freya Anindita, ini masalah harga diri lo juga. Kalau nanti jadi bahan gosip satu kantor gimana? Harga diri lo juga bisa hancur."

Si empunya nama hanya mengedarkan pandang ke sekeliling kafe kantor ini. Nyaman dan tenang, terutama untuk karyawan, sekretaris, dan pekerja lain yang menikmati waktu santai mereka. Tiba-tiba pandangannya jatuh pada seorang pria bertubuh jangkung dengan kemeja dilapisi rompi berdasi yang tengah mengantar beberapa stok minuman refil.

"Hello?? Ini ceritanya gue dikacangin? Lo lihat siapa, sih?"

Luvena Belva yang kerap dipanggil Vena atau terkadang Vens itu, ikut memutar kepalanya penuh tenaga ke belakang, mendapati seorang pria yang tengah berjongkok mengisi minuman dalam mesin pembayaran otomatis

"Dia siapa, Vens? Gue kok kayaknya gak pernah tahu cowok itu, ya?"

"Dia karyawan baru, setahu gue," balasnya sembari menyipitkan mata curiga. "Sekaligus penjual minuman refill di mesin itu. Tumben? Kenapa? Lo ada masalah sama dia?"

Freya menggeleng pelan, "nggak sih. Cuma wajahnya itu gak asing, ya, di otak gue? Tapi dimana gitu, loh??"

Vena ikut mengamati pria yang saat ini sudah mengobrol dengan kasir kafetaria sembari memperhitungkan total pendapatannya. "Oh, gue inget!" Vena berbalik badan menghadap Freya dengan tatapan antusias.

"Gue juga baru inget kalau dia itu cowok pemenang olimpiade sains, pemenang juara lomba tingkat nasional bidang olahraga renang, bulu tangkis dan basket waktu kita masih SMA."

Fakta baru itu membuatnya makin terkejut. "Oh ya? Dia di Yonghan High School juga?"

Vena mengangguk singkat sembari menyeruput minumannya. Ia menggulir layar ponsel dan menunjukkannya secara terang-terangan di hadapan Freya.

Replay [SELESAI] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang