10. Running With You

9 2 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Vena sudah berulang kali curi-curi pandang keluar kelas melalui kaca jendela meski Pak Herman sedang menjelaskan sampai urat-urat leher guru itu nampak. Berulang kali juga ia mencoba menghubungi Freya namun gadis itu tidak menjawab sambungan telepon selulernya.

"Aduh, anak ini kalau hilang lagi, tiba-tiba bolos. Freya jadi kelihatan aneh belakangan ini. Tiba-tiba keluar sekolah, hilang, balik-balik gak ada di rumahnya."

Perempuan itu melipat tangannya di atas meja dan meletakkan kepala di atasnya. Pelajaran matematika kali ini benar-benar menguras otaknya.

"Kalau Freya disini pasti udah aku ajakin dia main SOS."

"Mungkin dari kalian ada yang mau menambahkan-"

"Permisi, Pak."

Suara ketukan di pintu kelas membuat beberapa pasang mata langsung menoleh ke arah suara dan beberapa siswa yang tadinya mengantuk di pelajaran Matematika kembali segar.

Vena yang tadinya sudah hampir setengah tertidur, langsung berjingkat kaget melihat perempuan yang berdiri di samping pintu kelas.

"Freya Anindita! Apa yang kamu lakukan di jam sekian? Kelas saya sudah berjalan lima belas menit yang lalu!"

Freya hanya menyengir kuda sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Yaela, Cuma lima belas menit doang, kan, pak? Udah kayak berapa jam aja telatnya.

"Maaf, Pak. Tadi ada beberapa keperluan yang mendesak. Saya mengaku tidak akan mengulangi lagi perbuatan tercela saya ini."

Begitu Freya yang sudah pede untuk melangkah ke tempat duduknya, di samping Vena, Pak Herman menghentikan langkah gadis itu dengan tangan kanannya.

"Kemarin kamu di kelas saya juga tidur lalu kabur keluar kelas. Tidak kembali hingga mata pelajaran berikutnya."

Freya menggigit bibir bawahnya, panic. Vena malah sudah seperti cacing kepanasan melihat sahabatnya begitu kikuk dan membuat dirinya gemas.

"Maaf, Pak. Waktu itu saya-"

"Jawab pertanyaan matematika dari saya di papan tulis, cukup satu pertanyaan."

Gemuruh suara bisik-bisik langsung terdengar seisi kelas begitu melihat Pak Herman langsung menuliskan pertanyaan mematikan itu di papan tulis.

Freya melempar pandang ke Vena yang duduk di kursinya sendiri dengan tatapan bantuin gue, tolong!! Ini gimana caranya bebas dari guru nyebelin ini?

Sedangkan Vera hanya mengerutkan dahi dan mengangkat tangannya seolah berpasrah diri. Freya selalu mencari masalah baru dengan guru.

"Jika kamu berhasil menjawab pertanyaan ini, kamu boleh duduk," ucap Pak Herman membuat seisi kelas terduduk gagu. "Tapi kalau salah," lanjut Pak Herman menjeda kalimatnya.

Replay [SELESAI] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang