Tawaan mengejek terdengar dari arah belakang. Edgar, lelaki itu sedang menetertawakan raut wajah Aline yang masih terlihat shock akan kejadian tadi.
Aline terus berjalan tanpa menghiraukan Edgar yang masih menetertawakannya. Pada intinya, Aline ingin pergi menjauh dari area ruangan bawah tanah mengerikan itu.
"Kenapa? Masih shock?" bisik Edgar kemudian merangkul pundak gadisnya. "Itu cuma potongan tangan, bukan sesuatu yang harus lo takutin."
Apa maksudnya?! Bukan sesuatu yang harus ditakutkan?! Tentu itu menakutkan! Siapa orang yang tidak shock dengan bagian tubuh yang telah dimutilasi dan dibuang ke ruangan bawah tanah?! Hanya orang gila seperti Edgar yang menganggap hal itu ialah hal biasa.
Edgar menghentikan langkahan Aline dengan cara menahan pinggang gadisnya. Aline terdiam, bersamaan dengan rasa was-wasnya.
"Gue nggak mau lo ngomong 'lo-gue' lagi. Sekali menyebut itu, maka siap-siap untuk mendapati hukuman tambahan."
Astaga!
Mengapa hidupnya begitu berat sekarang? Terkekang dan berada dibawah kuasa seorang lelaki gila yang terobsesi dengannya membuat dirinya tertekan.
"Mengerti sekarang?" tanya Edgar dan Aline mengangguk pasrah.
Setibanya mereka berdua di dalam kamar, Edgar pun melepaskan rangkulannya kemudian menutup pintu kamarnya. Edgar mengunci terlebih dahulu pintu tersebut sebelum dirinya berjalan memasuki ruangan walk-in closet. Edgar mengambil sebuah pakaian sexy yang sudah ia siapkan khusus hanya untuk Aline seorang.
Nyatanya benar. Suatu kata 'kebebasan' itu sulit untuk dirinya raih. Mendapati Edgar yang mengunci pintu kamar dan menggenggam kuncinya membuat kesempatannya untuk terbebas dari rumah ini semakin sulit.
Kalau saja ponselnya tidak disembunyikan oleh Edgar, maka dirinya akan selamat dengan meminta pertolongan kepada temannya. Tapi kembali kepada kenyataan, Edgar sangat pintar karena dapat mengetahui gerak-gerik dan rencananya tanpa campur tangan dari siapapun.
Aline melebarkan kedua bola matanya terkejut melihat sebuah pakaian sexy yang berada digenggaman Edgar. Dan lelaki itu, dia menatapnya dengan tatapan penuh nafsu bersama dengan tatapan peringatannya.
Ini mengerikan~
"Pakai ini." Edgar menyondorkan dress sexy tersebut kepada Aline, dan Aline hanya diam tanpa berniat untuk mengambil pakaian sexy tersebut.
"Jangan mancing emosi gue, ini baru permulaan."
Dengan perlahan, tangan Aline tergerak guna menerima pakaian sexy tersebut dari genggaman Edgar.
Edgar tersenyum kemudian mengelus-elus pucuk rambut Aline gemas. "Selesai gue mandi, lo harus duduk diatas ranjang dengan dress sexy ini."
Setelah mengatakan itu, Edgar pun berbalik badan lalu melangkahkan kakinya berjalan menuju kamar mandi.
"Gue muak sama semua ini. Rasanya gue ingin bebas dan terlepas dari kekangan cowo gila itu!" batin Aline.
Aline memperhatikan pakaian tersebut, mulai dari bagian depan lalu ke bagian belakang. Ini mengerikan, bagaimana bisa dirinya memakai pakaian ini kalau bagian belakangnya saja menampilkan lekukan punggung seperti ini? Bukan hanya itu, bagian pahanya juga di desain secara terbuka hingga pahanya terekspos.
"Nggak mau," ujar Aline berbicara sendiri.
Sedetik setelah dirinya mengatakan hal itu, Edgar menyahut di dalam kamar mandi. "Kenapa nggak mau?"
Bagaimana bisa Edgar dapat mendengar suaranya dari luar?
"Pakai sebelum gue marah," ucap Edgar dengan nada bicara kesalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE OBSESSED EX
RomanceObsesi itu mengerikan. Diawasi, dikekang, dan dicintai dengan berlebihan merupakan sebuah penyiksaan di dunia nyata. Segala hal yang dilakukannya untuk terbebas dari jeratan obsesi seorang lelaki gila nyatanya tidak mempan, bahkan merayunya sekalipu...