OBSESSED EX 42

1.7K 193 19
                                    

Malam semakin larut, udara sejuk menyelimuti sekitar rumah Edgar. Mobil yang diparkir di halaman rumah tampak terhenti dengan tenang, lampu depan mobil yang masih menyala perlahan meredup. Edgar membuka pintu mobil dengan gerakan tenang, kunci mobilnya sudah ia simpan di saku. Ia berjalan menuju kursi depan, di mana Aline duduk, sedikit terdiam, dan memandang ke depan.

Dengan hati-hati, Edgar meraih pintu mobil dan membukanya sepenuhnya. Tangannya terulur ke arah Aline, mengisyaratkan untuknya agar menerima uluran tangan itu. Wajahnya tampak penuh perhatian, sedikit menunggu, seolah meminta kepastian dalam setiap gerakannya.

Aline menatap tangan Edgar yang terulur. Namun, tanpa ragu ia menggeleng pelan. Dengan perlahan, ia membuka pintu mobil dan melangkah keluar dengan tenang, menginjakkan kaki di tanah. Edgar menahan uluran tangannya, membiarkan Aline turun tanpa bantuan. Edgar berdiri sejenak, matanya mengikuti setiap gerakan Aline yang kini sudah berdiri tegak. Sebuah senyuman tipis muncul di wajahnya, meski ia tidak mengatakan sepatah kata pun.

"Langsung tidur, sayang."

Suara Edgar terdengar di belakang. Dengan ekspresi acuh tak acuh Aline membiarkannya dan terus melanjutkan langkahannya menuju pintu rumah, dan masuk ke dalam saat dirinya berhasil membuka pintu yang tidak terkunci itu. 

Brakk!

Setelah Edgar menutup pintu mobil itu, dirinya berbalik badan dan melangkah—berjalan maju menuju pintu rumahnya yang terbuka. Setelah masuk, Edgar kembali menutup pintu rumah dan menguncinya.

Edgar berdiri di belakang pintu, kedua matanya terarah pada sosok Aline yang berjalan perlahan menuju pintu kamar di lantai dua. Langkah Aline terlihat tenang, meski ada rasa yang mengendap di hati Edgar. Ia memandang dengan seksama setiap gerak-geriknya, bagaimana Aline melewati ruang yang pernah menjadi saksi bisu kebersamaan mereka. Ada keheningan di antara mereka, meskipun jarak memisahkan.

Senyuman kecil terukir di bibir Edgar saat Aline akhirnya memasuki kamar yang sudah lama tidak ia singgahi. Wajahnya tampak lega, seperti ada sesuatu yang akhirnya ditemukan kembali oleh Aline, meski itu hanya dalam kesendirian di dalam kamar.

Edgar berdiri lebih lama, mengamati, namun tidak berniat mengganggu. Ia tahu, kini bukan waktunya untuk mendekat, bukan saatnya untuk memaksakan apapun. Ia ingin Aline merasa bebas, tidak ada lagi yang mengikat atau membatasi. Edgar ingin memberi Aline ruang, agar dia bisa menemukan dirinya kembali tanpa terkekang, tanpa ada bayang-bayangnya yang terus mengikuti.

Dengan perlahan, Edgar membalikkan tubuhnya, melangkah menjauh dari rumah itu. Ia tahu, kebebasan Aline adalah hal yang paling penting. Dan meskipun hatinya berat, ia harus memberi Aline kebebasan untuk melangkah, untuk menemukan jalannya sendiri.

Langkah kaki terdengar pelan, namun semakin jelas, semakin mendekat dari sudut ruangan. Suara langkah itu tidak dapat lagi diabaikan, membuat perhatian Edgar teralihkan. Ia menoleh, dan matanya tertuju pada sosok seorang wanita, maid yang selama ini bekerja di rumah itu, berjalan menuju arahnya.

Wanita itu melangkah dengan tenang, mengenakan seragam maid berwarna gelap, rambutnya yang panjang terikat rapi di belakang. Ekspresinya tak begitu jelas, namun ada sedikit kehati-hatian dalam gerak-geriknya.

"Tuan, mengapa Tuan baru pulang?" tanya maid tersebut dengan senyuman ramahnya.

"Saya memaksa Aline kembali ke rumah ini," jawabnya.

Maid itu mengangguk mengerti.

"Saya ingin membicarakan sesuatu hal yang penting,"

"Boleh, Tuan. Apa yang ingin Tuan bicarakan?"

Edgar berbalik, memposisikan tubuhnya agar berdiri tepat berhadapan dengan maid itu. Pandangannya tajam dan datar, namun mengandung sebuah arti yang dalam, seperti suatu keputusan yang sudah dipikirkan matang-matang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE OBSESSED EX Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang