Suara langkahan kaki yang terdengar rusuh dan tergesa-gesa kini perlahan mulai hilang, meninggalkan kehampaan yang begitu sunyi jika dirasa.
Brak!
Suara terbantingnya pintu ruangan itu terdengar begitu keras sampai memenuhi kesunyian yang tercipta disana, hingga tak lama kemudian suara langkahan kaki itu terdengar kembali.
"Aline!" panggil Edgar keras.
Suara helaan nafas tergesa-gesa terdengar di bawah sana, bahkan di setiap helaan nafasnya itu di sertai dengan suara langkahan kaki yang sangat ricuh dan bising.
Edgar yang dapat mendengar suara bising itu pun segera berlari menuruni tangga dan menghampiri sumber suara itu. Dan bertepatan dengan itu, Edgar melihat seseoang yang sibuk berlari kesana kemari hanya untuk menemukan letak pintu yang tidak terkunci.
"Aline!"
Mendengar secara dekat suara berat yang memanggilnya itu membuat Aline sontak menoleh ke belakang, melihat Edgar yang menatapnya dengan tatapan penuh emosi membuat Aline semakin histeris.
"MENJAUH!!" jerit Aline keras.
Kedua matanya melirik ke arah kanan, melihat sebuah vas bunga yang terletak di atas nakas. Tanpa banyak berpikir Aline langsung mengambil vas bunga itu lalu melemparkannya ke arah Edgar dengan dorongan keras, namun sayangnya meleset karena Edgar bergerak sangat cepat untuk menghindarinya.
PRANG!!
Suara vas bunga yang baru saja pecah terdengar melengking hingga memenuhi keseluruhan ruangan.
"AAAKKKHHH!!!"
Aline semakin histeris dan panik saat melihat Edgar yang berlari mendekatinya. Cepat-cepat Aline berlari untuk menghindari kejaran Edgar dikarenakan Aline takut, takut melihat Edgar yang terlihat sangat emosi untuk ini.
"Tolong bebasin gue!! Gue mau hidup tenang, cuma itu!" ringis Aline ketakutan.
Aline terus berlari walaupun kedua kakinya rasanya seperti mau patah dan putus asa, kedua matanya berkaca-kaca, dan tubuhnya mulai melemas seperti ingin pingsan.
"Gue mau bebas..."
Saat ini jarak diantara Edgar dan Aline terbilang cukup dekat dikarenakan langkahan kaki Aline yang perlahan menjadi pelan.
"Pusing," batin Aline putus asa.
Kepalanya terasa pusing, tubuhnya sangat lemas, beserta dengan jantungnya yang terus berdetak dengan kencang sampai membuat kondisi fisik Aline berada di ujung kesakitan.
Bugh!
Tubuhnya terjatuh dengan keras di atas lantai dengan kedua matanya terpejam dengan rapat. Aline, ia jatuh pingsan karena tidak kuat menahan rasa pusing yang mendera kepalanya. Ditambah lagi dengan tubuhnya yang sangat lemah sampai membuat kondisi fisik Aline semakin memburuk.
Edgar menghentikan langkahan kakinya kemudian berjongkok, lalu menatap wajah cantik penuh ketenangan itu dengan tatapan penuh cintanya. Hingga tak lama Edgar menggerakkan satu tangannya untuk menyingkirkan helaian rambut yang menghalangi wajah cantik Aline dan beralih mengelus pipinya.
"Gue tau lo depresi karena gue, sayang."
Senyuman tipis terukir di bibir Edgar karena mendapati Aline yang jatuh pingsan dengan kesalahannya sendiri, yaitu mencoba melarikan diri darinya dengan kondisi fisik yang lemah.
"Tapi gue jauh lebih depresi menghadapi sikap lo yang nakal, pembangkang dan egois ini."
"Gue cuma mau lo, Aline. Tapi kenapa hati lo keras, seakan menganggap gue monster mengerikan yang sangat di benci dan di hindari kayak gini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE OBSESSED EX
RomanceObsesi itu mengerikan. Diawasi, dikekang, dan dicintai dengan berlebihan merupakan sebuah penyiksaan di dunia nyata. Segala hal yang dilakukannya untuk terbebas dari jeratan obsesi seorang lelaki gila nyatanya tidak mempan, bahkan merayunya sekalipu...