Kedua matanya mulai terbuka dengan perlahan dan mulai memperhatikan kesekelilingan ruangan yang tentunya tidak asing dari penglihatannya, yang tidak lain adalah kamar Edgar.
Cepat-cepat Aline mengubah posisinya menjadi duduk dan menggerakkan kedua tangannya untuk menarik selimut yang akan ia gunakan guna menutupi tubuhnya.
Suara erangan kecil terdengar di sebelahnya, erangan yang nadanya terdengar berat nan serak.
Aline mulai meraba-raba sprei ranjang yang telah berbeda warna itu, warna yang semula putih kini berubah menjadi abu. Dan tentunya sprei itu bersih dan tidak meninggalkan tanda kotor sedikit pun.
"Tidur, udah malam."
Suara seorang lelaki yang tengah berbaring disampingnya itu terdengar serak, membuat dirinya sontak terdiam.
"Kenapa gue disini?!" tanya Aline dengan nada menyentak.
"Nggak kenapa-napa," jawab Edgar cepat.
Kedua mata Edgar masih dalam keadaan tertutup, hanya mulutnya saja yang berbicara dan membalas kata demi kata yang Aline ujarkan padanya.
"Lo apain gue lagi?!" tanya Aline lagi dengan nada menyentaknya.
"Nggak ngapa-ngapain," jawab Edgar lagi.
"Bohong! Gue tau lo pasti apa-apain gue!"
Cukup. Edgar jengah mendengar nada bicara Aline yang terus-terusan meninggi itu, Edgar begitu tidak nyaman mendengar sentakan melengking itu di telinganya. Itu sangat mengganggu.
Edgar langsung membuka kedua matanya, lalu menatap kedua mata Aline dengan tatapan kesalnya. "Terus, lo mau gue apain?"
Aline menggeleng. "Gue nggak suka, nggak suka~"
Edgar mengalihkan pandangannya ke depan kemudian mengubah posisi berbaringnya menjadi duduk, lalu ia kembali menatap Aline dengan tatapan kesalnya.
"Gue nggak mau disini, gar. Gue mau sesuatu... gue mau..."
Mendengar kalimat yang Aline ucapkan kepada Edgar tentunya membuat Edgar semakin bingung. Masalahnya ucapan Aline barusan terdengar tidak jelas dan tidak menyatu dengan topik tadi, yang dimana hal itu membuat Edgar bingung. Ditambah lagi dengan kepalanya yang masih terasa pusing akibat minuman keras yang ia minum pagi tadi, saat ini cara berpikirnya juga terbilang setengah sadar dan setengah tidak.
"Gue nggak mau lo ninggalin gue, gar..." isakan kecil yang berasal dari mulut Aline semakin membuat Edgar bingung, ditambah lagi dengan setiap katanya.
"Gue nggak mau menderita... gue mau lo bertanggung jawab atas tindakan pemerkosaan yang lo lakuin kemarin, terhadap gue..."
"Aline. Udah berapa kali gue bilang kalau gue it-"
"Tapi gue nggak mau mengandung anak lo, gar. Yang gue mau cuma kebebasan, tapi gue takut kalau gue bebas... lo bakal membuat hidup gue menderita lagi."
"Nggak, nggak akan."
Aline mulai menangis sembari menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya, berusaha untuk menahan suara tangisnya agar tidak terdengar walaupun itu sia-sia.
Melihat gerak-gerik Aline yang sangat membingungkan itu pun sontak membuat Edgar lelah seketika, bingung harus menghadapi sikap Aline seperti apa.
Tangan Edgar beralih membuka selimut yang menutupi tubuh mereka berdua. Melihat selimut yang ia gunakan untuk menutupi tubuhnya secara tiba-tiba dibuka oleh Edgar membuatnya sontak terkejut saat selimut itu terlepas dari tubuhnya.
Tetapi rasa terkejutnya itu mendadak hilang saat dirinya melihat tubuhnya yang berada dalam keadaan mengenakan pakaian, pakaian yang berupa kaos berwarna putih polos dengan ukuran yang cukup besar dan rok mini berwarna hitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE OBSESSED EX
RomanceObsesi itu mengerikan. Diawasi, dikekang, dan dicintai dengan berlebihan merupakan sebuah penyiksaan di dunia nyata. Segala hal yang dilakukannya untuk terbebas dari jeratan obsesi seorang lelaki gila nyatanya tidak mempan, bahkan merayunya sekalipu...