Banyak orang yang berdiri menunggu bus datang, dan banyak juga orang yang menunggu seseorang di depan gerbang kampus untuk menjemput mereka.
Aline baru saja melangkahkan kakinya keluar dari gedung kampus setelah semua orang sudah berada diluar area kampus. Itu dikarenakan ada seorang dosen yang meminta bantuannya untuk mengambilkan beberapa berkas penting di ruangan aula.
Kepalanya mengarah ke atas, memperhatikan betapa tenangnya langit di sore hari.
Dan gadis itu beralih memfokuskan pandangannya ke depan dan mulai melangkahkan kakinya menuju gerbang kampus, lalu menghentikan langkahannya tepat di depan kursi halte bus.
"Orang-orang pada kemana si? Kok cuma gue yang ada disini?" gumam Aline heran karena dirinya tidak melihat satu orang pun yang menunggu bus di halte bus seperti dirinya.
"Perasaan, gue cuma disuruh sama dosen sebentar doang. Tapi kok disini sepi banget?"
Aline menghela nafasnya sejenak sebelum dirinya mengambil ponsel yang tersimpan di dalam saku roknya, lalu kemudian mengirimi pesan kepada temannya.
Suara tawaan meremehkan terdengar dari arah belakang, atau lebih tepatnya suara tawaan tersebut berasal dari balik papan halte bus.
Aline mengabaikannya karena ia berpikir bahwa dirinya hanya salah mendengar.
"Sendirian aja, mau ditemenin nggak?"
Terdengar sebuah suara berat nan serak dari arah sampingnya, Aline bisa melihat seorang lelaki yang berdiri disampingnya melalui ekor matanya.
Aline memilih diam untuk mengabaikannya lelaki itu.
Huft..
Dengan lancangnya lelaki tersebut meniup beberapa helaian rambut yang menghalangi wajah Aline dengan mulutnya, dan hal itu membuat Aline kesal.
Aline menoleh. "Lo siapa?! Jangan ganggu orang yang nggak lo kenal deh!" ketus Aline dengan kedua alis yang saling bertaut.
"Lo memang gak kenal sama gue. Tapi gue kenal lo," lelaki itu tersenyum manis menatap raut wajah kekesalan yang tercipta di wajah Aline.
"Ck! Mendingan lo pergi darisini!" usirnya.
"Kok ngusir?"
"Lo ganggu banget, bangsat!" Aline melipat kedua tangannya di depan dada karena kesal.
Lelaki itu tertawa. "Mendingan gue berdiri disini sambil nemenin lo nunggu bus, haha!"
Aline mengendus kesal dan menggerakkan kakinya ke samping guna menjaga jarak dengan lelaki aneh disampingnya itu.
"Ahh, jangan ngejauh gitu dong," dengan lancangnya lelaki itu mendekat dan merangkul pundak Aline.
Decakan kesal keluar dari mulut seorang lelaki yang sedang memantau mereka berdua di tepi gerbang, siapa lagi kalau bukan Edgar?
Edgar cemburu melihat Aline yang dirangkul oleh temannya yang ia suruh untuk mendekati Aline hanya sekedar basa-basi tetapi aksi yang dilakukan oleh temannya ini sedikit berlebihan. Merangkul dan menggoda gadisnya membuat Edgar emosi.
"Gar! Lo mau kemana?!" tanya Alvin saat Edgar melangkah maju menghampiri Aline dan temannya, Dean.
Edgar mengabaikan pertanyaan Alvin karena yang ia pentingkan saat ini hanyalah Aline.
BUGH!
BUGH!
Aline terlonjak kaget melihat Edgar yang memukuli wajah lelaki yang lancang merangkulnya itu.
"Ampun gar! Ampun!" ringis Dean meminta ampun.
Aline menutup mulutnya rapat-rapat saat melihat posisi berdiri Dean yang mulai berubah menjadi duduk.
BUGH!
Dean jatuh pingsan tak berdaya diatas trotoar karena Edgar terus memukuli wajah dan tubuhnya habis-habisan.
"EDGAR!!" teriak Aline shock.
Edgar mendongakkan kepalanya, menatap wajah Aline dengan seringai lebar yang terukir di kedua belah bibirnya.
Aline melebarkan kedua bola matanya saat Edgar menampilkan raut wajah mengerikannya. Dengan perlahan, Aline melangkahkan kakinya mundur guna menjauhi Edgar dengan langkahan perlahannya.
"Mau kemana, hm?" tanya Edgar dan melangkahkan kakinya mendekat kepada Aline.
Aline berlari begitu cepat, namun laju kecepatan berlarinya itu dapat dikalahkan dengan langkahan kaki Edgar yang besar.
Edgar menahan tangan Aline dan menariknya dengan kasar hingga tubuh Aline menabrak dada bidangnya.
"Lepasin!" berontak Aline.
Edgar menoleh ke belakang lalu menatap Alvin, tatapannya mengarah turun kepada Dean yang terbaring tak berdaya diatas trotoar.
Lalu Edgar mengangkat kedua alisnya alih-alih memberi aba-aba kepada Alvin agar menyeret tubuh Dean yang terbaring diatas trotoar dan memasukkannya ke dalam mobil mereka.
Alvin mengerti. Ia beralih memegang kedua tangan Dean lalu menyeretnya menuju mobil hitam mereka yang terparkir di dekat gerbang sekolah.
Untung saja suasana di area sekolah sepi, dengan begitu mereka bisa melancarkan aksinya dengan mudah tanpa adanya gangguan.
Aline menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tubuh Dean yang ditendang masuk kedalam mobil oleh Alvin. Ia tidak mau bernasib seperti Dean yang dipaksa untuk masuk kedalam mobil dengan tendangan kasar.
"NGGAK!! LEPASIN GUE, SIALAN!!" jerit Aline kencang.
Cepat-cepat Edgar mengambil sebuah kain yang sudah diberi obat bius dari saku celananya kemudian ia arahkan pada mulut Aline.
"Nggak!"
Aline memberontak sekuat tenaga agar dirinya tidak dibekap oleh Edgar.
"Diem!"
"Ed-"
Belum sempat melanjutkan kalimatnya, gadis itu sudah tidak sadarkan diri dikarenakan Edgar sudah lebih dulu membekap mulutnya dengan tenaga yang cukup kuat hingga dirinya tak sadarkan diri, alias pingsan.
Edgar membuang kain tersebut saat Aline sudah tak sadarkan diri, kemudian ia menggendong tubuh Aline dan berjalan menghampiri mobil hitamnya.
"Lo yakin?" tanya Alvin begitu melihat Edgar yang baru saja meletakkan tubuh Aline dikursi depan.
"Iya," jawabnya singkat.
Alvin menghela nafasnya kasar kemudian masuk kedalam mobil dan duduk disamping Dean yang tak sadarkan diri. Edgar ikut masuk kedalam mobil. Tidak lupa, ia menutup pintu mobilnya kembali dengan cara membantingnya.
Mobil itu pun melaju meninggalkan area kampus yang terlihat sangat sepi.
────
Tinggalin vote and comment disini!!
KAMU SEDANG MEMBACA
THE OBSESSED EX
RomansaObsesi itu mengerikan. Diawasi, dikekang, dan dicintai dengan berlebihan merupakan sebuah penyiksaan di dunia nyata. Segala hal yang dilakukannya untuk terbebas dari jeratan obsesi seorang lelaki gila nyatanya tidak mempan, bahkan merayunya sekalipu...