Edgar menghentikan laju kecepatan motornya tepat di tempat tujuan yang Alvin maksud, dan ia hanya melihat jalanan yang sepi dengan pencahayaan yang kurang.
"Fuck!" umpat Edgar kesal.
Edgar memperhatikan situasi di sekelilingnya. Begitu sunyi dan sepi seperti wilayah yang tidak pernah di lintasi oleh kendaraan maupun orang-orang.
Edgar terdian cukup lama sampai dirinya menyadari sesuatu.
Mengingat sebuah hal yang terlintas dipikirannya membuat rahang Edgar mengeras.
Cepat-cepat lelaki itu berbalik arah dan melajukan motornya dengan kecepatan yang sangat tinggi meninggalkan tempat tersebut.
•
•
•
Disisi lain, terdapat Alvin yang sedang membuka pintu rumahnya dan melangkahkan kakinya masuk kemudian meletakkan tubuh Aline diatas sofa, tepat di sofa yang berada di ruangan tamu.
"Mau minum?" tanya Alvin sembari menatap Aline.
"Nggak mau," jawabnya.
"Kenapa? Memangnya lo nggak cape?"
"Gue nggak enak sama lo," ungkapnya.
"Nggak enak kenapa?"
"Gue udah ngerepotin lo, ditambah lagi lo udah nolongin gue."
"Gapapa! Gue memang harus nolongin lo dari cowo gila kayak Edgar," nada bicaranya memelan diakhir kalimat.
Aline menatapnya dengan tatapan bertanya.
"Edgar memang gila, gue udah kenal dia dari jaman SMA."
"Memangnya dia kenapa?"
"Masa Edgar di SMA... dia paling banyak kasus sampai diancam dikeluarin dari sekolah,"
"Karena dia nakal?"
"Lebih dari itu, dia pernah ngehajar segerombolan cowok sampai segerombolan cowok itu masuk rumah sakit dan mengalami patah tulang."
Aline terkejut mendengarnya.
"Tapi dia lulus karena adanya orang dalem yang bantuin,"
"Licik!"
Alvin mengacak rambutnya pelan kemudian berujar. "Mau tidur sekarang? Atau makan dulu?"
"Tunggu dulu," tahan Aline saat Alvin hendak mengulurkan kedua tangannya untuk mengangkat tubuhnya.
"Kenapa?"
"Kalau Edgar tau gue ada disini gimana?"
"Ya gapa-"
"Maksud gue itu lo, gimana sama lo?"
Alvin menaikkan satu alisnya bingung.
"Gimana kalau lo dihajar? Sama seperti segerombolan cowo yang pernah dihajar sama Edgar di masa smp dulu?"
Alvin terkekeh pelan. "Nggak akan, gue kan temennya."
Aline paham, "oke."
BRAK!
BRAK!
"BUKA PINTUNYA SIALAN!!"
Aline melebarkan kedua bola matanya dengan sempurna saat mendengar sebuah suara yang tidak asing dipendengarannya, yang tak lain adalah suara Edgar.
"Vin," Aline menatap kedua mata Alvin dengan tatapan penuh harapannya. "Gue nggak mau, gue nggak mau ketangkap sama Edgar!"
"Tenang."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE OBSESSED EX
RomansaObsesi itu mengerikan. Diawasi, dikekang, dan dicintai dengan berlebihan merupakan sebuah penyiksaan di dunia nyata. Segala hal yang dilakukannya untuk terbebas dari jeratan obsesi seorang lelaki gila nyatanya tidak mempan, bahkan merayunya sekalipu...