OBSESSED EX 37

3.4K 232 36
                                    

Suasana rumah sakit terasa tegang dan mendesak. Di ruang gawat darurat, suara monitor detak jantung bergetar di udara, bercampur dengan suara langkah kaki dokter dan perawat yang bergegas. Lampu neon yang terang menyinari ruangan, menciptakan bayangan yang mencolok.

Di dalam sana, seorang lelaki terbaring di atas ranjang perawatan. Wajahnya pucat bersama dengan keringat yang mengalir di dahinya.

Pendarahan yang cukup parah itu membuatnya lemah, sementara tim medis bekerja cepat untuk menghentikan pendarahan. Mereka berkomunikasi dengan singkat dan tegas, mengatur alat dan mempersiapkan transfusi darah.

Di luar ruangan itu terdapat seorang gadis yang tengah memejamkan kedua matanya dan mengerutkan dahinya cemas, menunggu dengan penuh harapan dan ketakutan. Ia merasakan setiap detik waktu yang berlalu, dan berganti menjadi menit. Suasana campur aduk di antara ketegangan dan harapan, menciptakan kesedihan yang berkeinginan agar lelaki itu selamat.

"Gue mohon... Tolong bertahan, gar..." isaknya pilu.

Veyza mengusap air mata yang mengalir di pipinya. Rasanya begitu pedih saat dirinya melihat Edgar yang terbaring tidak berdaya di atas lantai dengan bersimbah darah.

Untung saja dirinya langsung bergegas untuk mendatangi rumah Edgar dan segera menghubungi pihak rumah sakit. Karena kalau tidak, saat ini Edgar akan tiada dengan kondisi fisik yang parah.

Ketika pintu ruangan itu terbuka, seorang dokter melangkah keluar dengan raut wajahnya yang serius.

"Dia stabil. 3 peluru beracun yang berada di beberapa bagian tubuhnya telah saya keluarkan dan sekarang dia masih membutuhkan pemantauan," ucap dokter tersebut memberitahu.

Veyza merasa sedikit lega, tetapi rasa khawatir masih menghantui dirinya.

"Kapan dia akan sadarkan diri, dok?" tanya Veyza cemas.

"Peluru itu membuat tubuhnya lemah dan tidak berdaya. Dia mungkin akan tersadar dengan waktu yang cukup lama dikarenakan dia membutuhkan waktu untuk memulihkan fisiknya."

Veyza mengangguk mengerti. "Terimakasih, dok."

Dokter tersebut mengangguk sebagai balasan kemudian melangkahkan kakinya pergi bersama perawat meninggalkan Veyza. Dan setelah melihat dokter tersebut pun pergi, Veyza langsung berjalan memasuki ruangan-tempat dimana Edgar terbaring.

Gadis itu duduk di tepi ranjang rumah sakit, matanya terpejam menahan tangis. Di sampingnya, lelaki yang dicintainya terbaring tak sadarkan diri, wajahnya pucat dan napasnya yang tidak teratur.

"Tolong bertahan..." bisiknya pelan, dengan suaranya yang serak.

Veyza meraih tangan lelaki itu, menggenggamnya erat, berharap kehangatan itu bisa membangkitkannya.

Dalam kepedihan, harapannya tetap ada. Dia berdoa, memohon agar lelaki itu segera membuka mata dan kembali padanya. Setiap detik terasa berjalan sangat lama, dan rasa sakit di dalam hatinya membuat dunia di sekelilingnya menjadi samar.

"Gue mohon..."

"Ayo bangun..."

Veyza kembali menangis, menangisi Edgar yang sedaritadi tidak sadarkan diri.

"Lo nggak mau bangun demi gue?" tanya Veyza dengan tatapan kosong.

"Kita masih punya banyak hal yang harus di lakuin..."

"Gue mau lo, gue mau lo bangun..."

"Gue nggak mau cowok yang gue cintai jadi menderita kayak gini..."

Veyza tersenyum kikuk kemudian berujar. "Lo celaka kayak gini karena Alvin. Tapi penyebab utamanya itu karena Aline, Aline yang menjadi alasan utama yang ngebuat lo sampai sekarat kayak gini..."

THE OBSESSED EX Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang