1. SML

1.1K 19 1
                                    

"Ahhh!"

"Nonton yang tidak-tidak pasti!"

Dewa menahan senyuman. Karena mengira adik tirinya sedang menonton video dewasa. Sampai terdengar keluar kamar.

Tap... Tap... Tap...

Dewa mendekati kamar. Berniat mengintip dari celah pintu yang agak terbuka. Karena dia penasaran juga.

Deg... Deg... Deg...

Jantung Dewa berdegup kencang saat melihat apa yang ada di dalam. Karena Niana yang memakai celana panjang warna hitam dan tank top putih tanpa bra sedang berbaring sembari memejamkan mata. Dengan guling yang masih berada di antara kakinya. Bahkan hampir jatuh dari ranjang.

Gadis itu berkeringat dan memejamkan mata. Bagian rambut depannya agak basah. Deru nafasnya memburu juga. Seolah baru saja melakukan aktivitas berat.

Dewa tidak bodoh. Dia tahu apa yang baru saja adik tirinya lakukan. Gadis itu baru saja masturbasi dengan guling atau bisa saja bantal. Pillow humping namanya. Menggunakan imaginasi dari novel digital yang dibaca melalui ponselnya.

Sebab ponsel pintar gadis itu sedang berada di samping tubuhnya. Menampilkan rentetan tulisan panjang yang tentu tidak bisa Dewa baca. Karena terlalu jauh jaraknya.

———

Mahadewa, remaja yang biasa dipanggil Dewa oleh teman-temannya tampak memincing tajam saat melihat dua manusia yang baru saja masuk rumah. Pria paruh baya berkulit gelap dan gadis berpipi bulat yang berkulit cerah. Mereka tidak seperti ayah dan anak. Meski sejak kemarin ibunya sudah mengatakan jika yang akan datang adalah calon ayah dan adik tirinya.

"Ini Om Rendi dan ini Niana. Mahadewa, kenalkan dirimu pada mereka!"

Dewa mengulurkan tangan. Karana dia mulai mendapat cubitan di pinggang oleh Lia, ibunya. Wanita yang memang sudah mengandung dan melahirkan dirinya. Serta wanita yang sudah menjadi janda selama tiga tahun ke belakang.

"Dewa!"

Dewa menyalami Rendi dan Niana bergantian. Lalu ikut duduk di samping ibunya. Karena minuman dan makanan sudah disiapkan.

"Minggu depan kami menikah. Lalu kita akan tinggal bersama. Di rumah ini. Supaya kalau kamu kuliah, Mama tidak kesepian. Apalagi Niana masih kelas satu, dua tahun di bawahmu."

Dewa tampak tidak tertarik dengan ucapan ibunya. Dia mulai melipat tangan di depan dada. Lalu menatap Rendi yang masih diam saja.

"Om kerja apa? Kenapa harus tinggal di sini? Kenapa tidak di rumah Om saja? Jangan-jangan, Om miskin dan mau mengincar harta Mamaku saja, ya? AW!"

Lagi-lagi Dewa mendapat cubitan di pinggang oleh Lia. Membuat Rendi terkekeh pelan. Namun tidak dengan Niana yang sejak tadi memincing tajam. Karena tidak suka ayahnya direndahkan.

"Om punya toko bangunan. Sehari-hari Om kerja dan tinggal di sana. Di ruko belakang sekolahmu, Dewa. Om sering lihat kamu dan teman-temanmu juga."

Dewa menelan ludah. Karena dia sering membolos lewat gerbang belakang. Bersama teman-temannya. Dia juga tahu jika ada toko bangunan baru di belakang sekolah. Namun dia tidak tahu jika calon suami baru ibunya adalah pemiliknya.

"Kok bisa kenal Mama? Om tahu kalau Mamaku janda kaya, kan? AW! SAKIT MA!"

Lia mencubit kencang paha anaknya. Anak laki-laki yang kini sudah tumbuh begitu besar. Dengan tinggi 188cm dan berat badan 80an. Karena selain rajin olahraga, makannya juga banyak.

"Kamu ini yang sopan kalau berbicara dengan orang tua!"

"Tidak apa-apa, Lia. Wajar kalau Dewa khawatir dengan ibunya." Rendi tertawa. Lalu menatap Dewa cukup lama. Sebelum akhirnya kembali bersuara.

"Dewa, Om tahu kalau Mamamu kaya. Dia wanita hebat. Itu sebabnya Om suka dan berniat menikahinya. Bukan untuk mencuri hartanya, namun untuk menemani dia di masa tua. Membahagiakan dia di sisa hidupnya. Karena Om juga butuh orang yang seperti itu sekarang. Om baru bercerai satu tahun lalu. Mantan istri Om juga sudah memiliki keluarga baru seperti Papamu. Jadi, apa salahnya kalau kami juga ingin seperti itu?"

Dewa tampak ingin berbicara. Namun fokusnya teralihkan pada Niana yang mulai berkacak pinggang. Serta menatapnya tajam.

"Papaku baik, kok! Papa memang tidak sekaya Tante Lia, tapi Papa sangat tanggung jawab! Dia tidak pernah membiarkan aku kelaparan! Meskipun dia tidak bisa masak enak, aku tetap bisa makan setiap merasa lapar. Dia akan melakukan apapun agar aku tidak lagi merasa lapar! Bahkan dia rela ke pasar tengah malam saat aku ingin makan ikan bakar tiba-tiba. Papaku ditinggalkan Mama bukan karena dia tidak becus menjadi kepala rumah tangga! Tapi karena Mamaku bertemu cinta lamanya! Seperti Papamu juga!"

Dewa diam. Sedikit tersinggung akan ucapan Niana. Karena ayahnya memang punya selingkuhan sebelum berpisah. Dia juga tidak pernah memberikan effort sebesar itu pada keluarga. Mungkin itu juga yang membuat ibunya jatuh cinta pada Rendi sekarang.

"Sayang, setelah ini Mama janji akan masak yang enak-enak setiap hari di rumah."

Lia bangkit dari duduknya. Lalu mendekati Niana. Guna memeluknya. Sebab dia memang sudah kenal gadis itu lebih cepat. Karena dia kerap datang ke ruko tempat mereka tinggal.

Dewa yang melihat ini hanya mendecih saja. Karena dia masih belum suka pada mereka. Masih belum bisa menerima kehadiran Rendi yang dianggap sebagai mokondo saja.

Ini cerita dewasa, aku harap kalian lebih bijak dalam memilih bacaan. Jangan lupa juga masukkan cerita ini ke perpustakaan, supaya kalian tidak ketinggalan kelanjutan cerita.

Tbc...

SEGELAP MENDUNG LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang