18. SML

346 7 1
                                    

Satu bulan kemudian.

Niana dan Dewa semakin dekat. Bahkan mereka tidur bersama sekarang. Karena setiap malam akan marathon series 911 bersama. Di ruang keluarga yang memang ada sofa besar yang seukuran ranjang.

"Yah! Gantung amat! Season delapan keluar kapan?"

Tanya Niana pada Dewa. Pria itu sedang memainkan ponselnya. Sedangkan Niana yang duduk di sebelah mulai mendekatkan badan. Ingin mengintip apa yang sedang dilihat.

"Belum tahu. Tapi sudah dikonfirmasi kalau akan ada season 8 nanti."

Niana mengangguk saja. Lalu menyenderkan kepala pada sofa. Kemudian meraih remot televisi yang ada di perut Dewa.

"Nonton apa lagi, ya? Hampa rasanya."

"911 Lone Star, itu spin off 911 yang sebelumnya."

Dewa meraih remot yang ada di tangan Niana. Lalu mengetik judul yang disebutkan. Sebab dia baru saja mendapat informasi ini dari laman pencarian.

"Tidak ada Buckley, sama saja! Hampa. Mana dia dibuat bisexual lagi di akhir-akhirnya."

Dewa terkekeh pelan. Lalu menatap Niana yang tampak tidak bersemangat. Karena baru saja menamatkan tujuh series 911 yang sebanyak kurang lebih 100 episode dalam empat mingguan.

"Kamu pilih Buck atau aku? Gantengan siapa menurutmu?"

Dewa menaikkan rambut depan dengan tangan kanan. Lalu menggigit bibir bawah. Membuat Niana mulai memincing tajam. Sebab ini menggelikan.

"Ganteng Kakak sedikit. Tapi lebih keren Buckley! Aku mau deh, jadi part of 911 di LA California. Enak sekali Mama dan Papa sedang di Amerika. Dekat sekali dengan tempat shooting mereka. Kira-kira kapan aku bisa ke sana, ya?"

Niana mendekatkan badan. Dia menepuk perut keras Dewa. Karena si kakak memang rajin olahraga.

"Nanti kalau aku sudah kerja. Aku ajak kamu jalan-jalan ke LA."

Niana tampak sedang. Dia semakin merapatkan badan. Membuat wajah mereka berdekatan.

"Janji?"

"Janji."

Jari kelingking mereka bertautan. Niana ingin menjauhkan badan setelahnya. Namun tiba-tiba saja dia mendapat ciuman di pipi kanan.

Niana membeku sekarang.

Perasaan yang dulu pernah ada terasa kembali datang. Perasaan suka pada Dewa yang kini sudah menjadi saudara. Meski tidak sedarah.

"Kenapa? Memangnya tidak boleh aku cium kamu?"

Niana tidak menjawab dan langsung pergi dari sana. Dia masuk kamar dan tidur di sana. Dia juga mengunci pintu dari dalam. Agar Dewa yang mengejar tidak ikut masuk juga.

Tok... Tok... Tok...

Dewa menggedor pintu kamar Niana. Sebab dia takut juga jika si adik marah. Karena mendapat ciuman di pipi tiba-tiba.

"Nia, aku minta maaf kalau sudah membuatmu marah. Membuatmu tidak nyaman. Aku—"

"Aku tidak mau membahas ini sekarang! Aku mau kita jaga jarak! Jangan dekat-dekat aku lagi mulai dari sekarang!"

Dewa tampak sedih saat mendengar ini. Dia merasa menyesal karena sudah melakukan hal tadi. Hingga membuat si adik marah sekali.

Tbc...

SEGELAP MENDUNG LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang