16. SML

251 5 0
                                    


Satu jam kemudian Niana sudah duduk lesehan di Gramedia. Dia duduk di lorong buku sendirian. Sembari membaca novel bersampul merah muda. Novel yang sengaja dibuka untuk sampel saja.

"Ya Tuhan! Seperti gembel saja!"

Niana memicingkan mata. Lalu menatap kesal Dewa yang baru saja datang. Padahal pria itu masih ada waktu setengah jam karena film belum selesai diputar.

"Jadinya beli yang mana?"

"Tidak beli apa-apa. Mahal-mahal."

"Jangan sok miskin! Aku tahu uang jajanmu ditambah sekarang."

Dewa melipat tangan di depan dada. Dia menatap Niana sembari memicingkan mata. Sebab dia tahu jika si adik tidak membeli bukan karena tidak ada uang. Namun sayang saja jika harus membeli buku baru dengan harga normal. Karena dia sudah terbiasa membeli buku bekas di pasar loak.

"Tapi sama saja. Mahal."

Dewa mulai menatap sekitar. Memeriksa label harga rak buku yang disukai adiknya. Sebab dia berniat membelikan.

"Pilih lima buku manapun yang kamu suka! Aku yang bayar!"

"Serius?"

"IYAAA!"

Niana bangkit dari duduknya. Dia langsung meraih lima buku dengan tergesa. Sebab takut Dewa berubah pikiran. Mengingat selama ini dia selalu diejek saat membaca novel cinta-cintaan padahal aslinya tidak punya pacar.

"Sudah!"

Niana memeluk lima buku yang disuka. Membuat Dewa menahan tawa dan mulai berjalan sok cool menuju kasir berada. Guna membayar pesanan adiknya.

"Semuanya, Kak?"

"Iyaaa!"

Niana tampak senang setelah meletakkan lima buku ini di kasir. Dia juga mulai memeluk lengan kanan si kakak saat ini. Karena lengan yang satunya dipakai untuk memberikan kartu debit pada petugas kasir. Lalu mengacak rambutnya gemas saat ini.

"Thank you, Kakkk!"

Seru Niana setelah goodie bag isi novel sudah berada di tangan Dewa. Mereka keluar Gramedia berbarengan. Dengan posisi Niana yang masih memeluk lengan kanan si kakak. Membuat orang-orang yang melihat jelas mengira jika mereka adalah pasangan. Meski tinggi badan bertolak belakang.

"Seneng banget, ya?"

"Seneng, lah! Makasihhh, Kak!!!"

Dewa terkekeh sekarang. Dia tidak tahan menyembunyikan senyuman. Karena jarang sekali Niana bermanja-manjaan dengannya. Memeluk lengannya erat-erat seperti sekarang.

"Dewa!"

Niana dan Dewa langsung menolehkan kepala. Natasha yang memanggil sebelumnya. Dengan raut wajah tidak enak. Membuat Niana lekas melepas pelukan pada tangan si kakak. Lalu meraih goodie bag di tangan Dewa juga.

"Eh, Kak, Nat! Filmnya sudah selesai, ya?"

"Aku mau pulang sekarang!"

Natasha tidak menyahuti pertanyaan Niana. Dia berjalan mendahului mereka. Menuju parkiran. Karena sejak tadi sudah mengamati dari kejauhan. Saat Dewa dan Niana masih berada di Gramedia.

Natasha semakin cemburu tentu saja. Apalagi saat melihat Dewa mengusap rambut Niana dengan tawa. Seolah hal itu sangat menyenangkan.

"Kak, aku masih mau di sini. Masih jam delapan juga. Kakak antar Kak Nat saja. Nanti aku bisa naik ojek ke rumah. Atau bisa Kakak jemput saja kalau tidak kemalaman."

Dewa berhenti berjalan. Lalu menatap Niana yang berhenti di depan pintu parkiran.

"Ya sudah. Pakai kartu ini untuk beli-beli! Nanti aku jemput dua jam lagi."

"Oke, thank you!"

Dewa mengangguk singkat. Lalu pergi menuju parkiran. Dengan perasaan was-was. Karena baru kali ini dia meninggalkan Niana sendirian di mall.

Tbc...

SEGELAP MENDUNG LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang