28. SML

239 5 1
                                    

Satu minggu kemudian.

Dewa baru saja selesai olahraga. Seperti biasa dia akan berada di rumah saat sabtu malam hingga minggu siang. Karena dia memang tinggal di apartemen dekat kantor saat kerja. Agar lebih hemat waktu dan tenaga.

"Niana di mana, Ma?"

Tanya Dewa saat mendekati meja makan. Di sana ada Lia dan ibunya. Sebab si ayah sudah berada di toko sekarang. Karena ada barang datang.

"Dijemput Ian. Mau diajak testing menu baru katanya."

Jawaban Dewi membuat Dewa kesal. Dia mulai meraih ponsel di saku celana. Lalu mendial nomor Niana.

"Sudah, lah! Biarkan adikmu itu dengan Ian. Mereka serasi sepertinya. Papa juga suka dengan Ian. Dia sopan dan pekerja keras. Dia temanmu juga. Tidak mungkin dia berani macam-macam dengan Niana."

Dewa semakin kesal saat mendengar ucapan ibunya. Apalagi panggilannya tidak kunjung Niana angkat. Karena ponselnya selalu dalam mode silent tanpa getar.

"Ian tidak cocok dengan Nia, Ma! Aku kenal Ian. Dia itu suka Risa. Mereka pernah pacaran dan mungkin sampai sekarang masih ada perasaan!"

"Benar itu, Dewi?"

"Mereka pacaran saat SD, Ma. Apa yang Mama harapkan dari pacaran anak ingusan? Itu hanya cinta monyet saja. Sekarang Risa pacaran dengan Jonas. Baru tahun kemarin officiallnya. Ian itu benar-benar suka Niana, Ma. Jonas dan Risa sendiri yang cerita. Tidak mungkin mereka bohong padaku, kan?"

"Kamu dengar sendiri Dewa. Ian temanmu juga. Tidak ada salahnya mencoba. Niana itu tidak punya banyak teman. Mama dan Papa takut dia tidak menikah kalau tidak kita jodohkan."

Dia akan menikah denganku, Ma.

Batin Dewa frustasi. Dia sudah tidak nafsu makan saat ini. Lalu pergi ke kamar lagi. Karena lelah berdebat dengan dua wanita ini.

"Sepertinya Dewa suka Niana, Ma."

Celetuk Dewi tiba-tiba. Membuat Lia terkekeh saja. Sebab dia merasa ini hanya candaan.

"Ngaco kamu! Dewa sudah punya pacar. Natasha namanya."

"Bukannya sudah lama putus, ya?"

"Iya. Tapi sudah balikan. Pernah dibawa pulang juga. Dikenalkan ke Mama Papa dan Niana juga."

"Kapan?"

"Kapan, ya? Tiga tahun lalu sepertinya."

"Itu sudah putus lagi, Ma! Makanya tidak pernah dibawa pulang."

"Masa, sih? Dewa bilang karena Natasha sibuk sekali. Anak kedokteran dia. Sedang koas."

"Ma, mau sesibuk apapun dia, tidak mungkin datang sekali dalam tiga tahun saja tidak bisa. Apalagi masih satu kota. Kalau dilihat-lihat, Dewa selalu di rumah saat libur kerja. Tidak mungkin dia punya pacar! Bohong dia, Ma!"

"Iya juga, ya? Coba Mama tanya lagi nanti. Tapi untuk apa dia bohong selama ini?"

Lia kebingungan. Lalu menatap Dewi yang mulai makan. Dengan satu alis yang dinaikkan.

"Tidak mungkin, lah! Mama tahu tipe Dewa seperti apa. Bukan maksud Mama Niana jelek, ya!? Niana cantik, tapi cantiknya Indonesia. Sedangkan Natasha cantik Arab mix China. Seperti Dilraba Dilmurat."

"Kalau Niana seperi siapa?"

"Prilly Latuconsina."

"Mirip mereka, Ma!"

"Beda!"

"Mirip, Mama!"

"Beda!"

Mereka berdebat cukup lama. Lalu lanjut sarapan setelahnya. Melupakan masalah Dewa dan Niana untuk sejenak karena rasa lapar kian terasa.

Tbc...

SEGELAP MENDUNG LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang