Keesokan harinya.Lia dan Rendi pulang. Mereka membawa banyak oleh-oleh untuk Niana dan Dewa. Terlebih Niana, karena gadis itu sedang berulangtahun sekarang. Ulang tahun yang ke sembilan belas.
Mereka mengadakan acara ulang tahun kecil-kecilan di rumah. Dengan kue ulang tahun berukuran sedang yang Dewa beli dari temannya. Sehingga bisa dipesan mendadak dan diantar juga. Sehingga Niana tidak curiga.
Selesai tiup lilin dan potong kue, mereka bersih-bersih bersama. Lalu kembali ke masing-masing kamar. Sebab ini sudah pukul dua malam.
Tok... Tok...
Pintu kamar Niana diketuk dari luar. Membuat gadis itu langsung membuka. Sebab mengira jika orang tuanya yang datang.
"Untuk kamu."
"Thank you!"
Niana menerima hadiah pemberian Dewa. Kotak perhiasan warna hitam yang entah isinya apa. Karena dia sedang tidak ingin membuka.
"Kamu masih marah padaku?"
"Iya. Kenapa cium aku?"
Niana tampak kesal. Sehingga dia langsung bertanya demikian. Tanpa banyak pertimbangan.
"Hanya refleks saja, aku gemas, jadi ya—maaf. Aku tidak akan mengulanginya."
"Saranku, Kakak cari pacar baru, deh! Atau balikan dengan Kak Nat. Supaya itunya tersalurkan. Aku agak takut juga dekat-dekat dengan kakak."
Dewa yang mendengar itu jelas tercengang. Dia tidak menyangka dengan ucapan frontal adiknya. Karena selama ini mereka tidak pernah membahas hal setabu ini lebih dalam.
"Nia—"
"Aku sudah dewasa, Kak. Aku sudah paham begituan. Kakak juga pasti sudah tahu, kan? Aku seperti ini karena ingin menjaga keutuhan keluarga kita. Aku tidak ingin perasan semu kita menyakiti Mama Papa."
Dewa menaikkan satu alisnya. Dia menatap Niana dalam. Berusaha mencari tahu lebih banyak.
"Aku suka Kak Dewa. Tapi aku yakin ini hanya sementara. Seperti apa yang sekarang kakak rasakan juga. Kita mungkin hanya terbawa perasan saja. Karena ditinggal berdua selama satu bulan."
Dewa diam saja. Sedangkan Niana sudah tidak tahan untuk menutup pintu kamar. Sebab dia malas juga lama-lama menjelaskan ini pada si kakak.
"Aku harap ini akan menjadi yang pertama dan yang terakhir, Kak. Mulai sekarang jangan ntar jemput aku lagi! Karena aku akan dibelikan motor Papa besok pagi!"
Pintu kamar ditutup begitu saja. Membuat Dewa membeku di tempat. Cukup lama. Karena dia masih mencerna keadaan.
Apa yang dia katakan tadi? Niana suka aku? Suka dalam artian serius?
Dewa tampak kalut. Karena dia belum tahu apa yang mendorongnya mencium pipi si adik saat itu. Entah karena sungguhan gemas atau karena nafsu.
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
SEGELAP MENDUNG LANGIT
Romance(21+) Mahadewa dan Niana adalah saudara tiri. Mereka pernah saling benci sebelum akhirnya jadi sedekat nadi. Hingga tidak mau dipisahkan sampai mati.