25. SML

257 8 0
                                    


Tok... Tok...

Niana mengetuk pintu kamar dua kali. Hingga pintu terbuka saat ini. Menampilkan Dewi yang baru saja selesai mandi.

"Maaf, Kak. Aku mau ambil beberapa barang. Sisanya akan aku bersihkan besok saja."

"Oke. Aku suka kamu Niana. Kamu tahu di mana tempatmu berasal. Oh iya, aku pakai barang-barangmu juga. Kata Mama, aku bisa melakukan apa saja di rumah."

Niana menatap Dewi yang sudah memakai pakaiannya. Namun dia tidak mempermasalahkan. Toh bajunya ada banyak. Tidak ada salahnya dia berbagi dengan Dewi sekarang.

"Tidak apa-apa, Kak. Pakai saja kalau ada yang kakak butuhkan. Permisi, aku mau ambil barang sekarang."

Niana mulai meraih tas ransel yanga ada di atas meja belajar. Dia memasukkan semua skincare dan peralatan make up yang ada di atas meja rias. Karena saat ini itu yang berharga di hidupnya.

Buku-bukunya, tentu sudah disimpan di tempat yang berbeda. Karena ayahnya membuat rak khusus buku di bawah tangga. Agar kamar Niana tidak lagi penuh buku bekas yang sudah berbau tidak sedap.

"Aku minta pelembab, dong! Aku tidak bawa apa-apa kemari. Hanya badan saja. Besok aku baru beli barang-barang. "

Dewi menarik botol pelembab yang sebelumnya Niana pegang. Lalu menumpahkan cairan lengket ini pada telapak tangan. Cukup banyak. Karena tidak hanya dipakai untuk wajah dan leher saja. Namun kaki dan tangan juga.

"Thanks."

Niana mengangguk singkat. Lalu bergegas keluar dari kamar. Menuju kamar tamu yang ada di lantai dasar. Dekat dapur dan juga ruang keluarga.

Setelah Niana pergi, Dewi mulai mengacak-acak lemari. Mencari baju yang ingin dipakai ganti. Sebab dia tidak suka dengan baju yang dipakai saat ini. Karena terlalu kecil mungkin. Sebab dia lebih besar dari si saudara tiri.

"Oh, Wow!"

Dewi terkejut saat menemukan lembaran foto yang ada di dalam lemari. Di bawah celana jeans. Membuat senyumnya mulai tersungging. Sebab telah mendapat mainan seru saat ini.

Iya. Ini adalah foto polaroid Niana dan Dewa. Berdua saja. Dalam keadaan tanpa busana di dalam bath up kamar. Dengan segelas wine yang ada di masing-masing tangan.

"Dia mirip Papa ternyata. Sama-sama suka alkohol dan wanita."

Dewi memotret foto ini. Lalu mengembalikan foto pada tempatnya lagi. Sebab dia sudah memiliki copy.

Dewi dan Dewa sejak dulu tidak pernah akur. Mungkin karena memiliki sifat yang sama-sama keras kepala dan tidak mau mengalah. Sehingga mereka tidak bisa bekerjasama. Tidak heran saat dipisah mereka baik-baik saja.

Tbc...

SEGELAP MENDUNG LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang