30. SML

454 14 3
                                    


Beberapa hari kemudian.

Hari ini hari Sabtu. Dewa pulang seperti biasa. Namun agak siang karena sudah tidak sabar ingin bertemu adiknya. Mengingat beberapa hari ini dia tidak membalas pesan.

"Niana di mana, Ma?"

"Kamu ini! Selalu Niana yang dicari! Kenapa tidak pernah tanya kabar Mama lagi?"

Dewa yang baru saja turun dari mobil langsung mendekat ibunya. Memeluknya cukup lama. Karena wanita itu sedang menyiram tanaman yang ada di teras.

"Aku kangen Mama. Mama sehat-sehat, kan?"

"Sehat sekali Sayang! Kamu bagaimana? Pekerjaanmu aman? Papamu tidak rese, kan?"

Dewa terkekeh saja. Lalu melepas pelukan. Kemudian meraih selang air yang ibunya pegang.

"Aman. Papa Rehan sepertinya punya selingkuhan. Kemarin istrinya marah-marah di kantor, hahaha!"

"Papamu memang tidak pernah berubah. Kamu baik-baik saja, kan? Banyak yang tahu, dong? Kamu tidak ada yang menggunjingkan?"

Lia tampak khawatir sekarang. Takut perasan anaknya terluka. Karena memiliki ayah yang tidak waras.

"I'm fine, Ma. Sudah biasa juga. Orang-orang tidak ada yang berani menggunjing, lah. Di depanku maksudnya. Mereka tahu kalau aku anaknya kalau Mama lupa."

"Syukurlah. Sebenarnya Mama khawatir sekali kamu kerja di sana. Tapi Mama senang kalau kamu baik-baik saja."

"Iya. Mama tenang saja. Aku senang kerja di sana. Papa adalah partner bisnis yang hebat. Tapi suami dan ayah yang payah."

Mereka terkekeh bersama. Lalu tiba-tiba saja Lia ingat suatu sekarang. Namun dia ragu untuk menanyakan. Takut jika jawaban Dewa tidak sesuai harapan. Karena hal ini akan berdampak besar bagi keluarga.

"Dewa, kamu sudah tahu kalau Niana ngekos?"

Dewa yang sedang menyiram tanaman langsung membalikkan badan. Dia menatap Lia lama. Guna memastikan.

"Ngekos? Sejak kapan? Jadi sekarang dia tidak di rumah?"

"Iya. Lima hari lalu. Ngekos di dekat restoran Ian. Dia kerja di sana."

Dewa menatap ibunya tidak percaya. Dia jelas kecewa karena hal sebesar ini disembunyikan darinya. Apalagi selama ini Niana tidak pernah tinggal di luar rumah.

"Ma, kok bisa aku tidak tahu apa-apa? Kok bisa Mama izinkan Niana kerja sekarang? Mama, dia masih tanggung jawab kita semua! Dia masih kuliah! Mama dan Dewi mengatai dia beban atau bagaimana? Sampai-sampai dia nekat kerja!"

Dewa marah. Dia menatap ke dalam rumah. Ingin marah pada Dewi yang dianggap dalang dari masalah sekarang.

"Mama dan Dewi tidak pernah mengusik Niana masalah itu, Dewa. Mama tahu susahnya skrispisan. Ini kemauan Niana sendiri. Dia mau belajar mandiri. Dia tertarik kerja di restoran setelah diajak Ian ke sana yang pertama kali."

Dewa tidak mau menerima penjelasan ibunya. Dia langsung mendekati mobilnya. Karena ingin menyusul Niana. Ingin membawa wanita itu pulang ke rumah.

"Dewa! Ini kemauan Niana sendiri! Orang rumah tidak ada yang memaksa dia kerja saat ini!"

"Tapi Mama dan Papa bisa menentang hal ini!"

"Niana tidak pernah minta macam-macam selama ini. Mama dan Papa senang saat dia tiba-tiba menginginkan ini. Kita merasa ini awal yang bagus, Dewa. Lagi pula ada Ian juga. Dia pasti bisa menjaga adikmu di luar sana. Mama dan Papa percaya dia."

"Tapi aku tidak percaya!"

"Kenapa? Karena kamu suka Niana?"

Dewa yang akan menutup pintu mobil mulai terdiam. Matanya memanas. Sedangkan Lia tampak tegang. Karena takut jawaban yang didapat mengecewakan.

Tbc...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SEGELAP MENDUNG LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang