9. SML

368 9 0
                                    


Jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Jonas dan Risa sedang karaokean. Sedangkan Niana tengah bermain catur dengan Ian. Dewa dan natasha? Tentu saja bergumul di dalam kamar.

"Mereka memang sudah biasa seperti itu, ya, Kak?"

Ian menaikkan salah satu alisnya. Dia menatap bingung Niana. Karena tidak paham akan konteks kalimat yang ditanyakan.

"Kak Dewa dan Kak Natasha."

Ian menatap pintu kamar mereka yang tertutup rapat. Lalu menyunggingkan senyuman. Sebab dia jelas tahu apa yang sedang terjadi di dalam.

"Iya, sudah biasa. Kamu jarang bergaul, sih! Jadi kaget, kan?"

Ejekan Ian membuat Niana tersenyum masam. Sebab dia memang jarang bergaul dengan sekitar. Karena dia hanya fokus dengan dunianya. Dengan tumpukan buku-buku bekas yang dibeli di pasar loak.

"Aku kira kamu tidak akan mau diajak ke sini. Aku kira kamu juga pendiam sekali, tidak sekomunikatif ini."

"Ini karena Mama dan Papa ada acara di luar kota. Tiga hari pula. Takut aku kalau di rumah sendirian lama-lama. Bukan takut setan, tapi maling. Tahu sendiri aku sekecil ini, mana bisa aku melawan maling sendiri."

Ian terkekeh sekarang. Karena dia membayangkan jika Niana melawan pencuri sendirian. Jelas dia akan kalah. Kalau tidak membawa senjata.

"Untung saja kamu mau ikut."

"Iya, untung saja aku ikut."

Selesai bermain catur, Niana pamit ke kamar. Dia berniat tidur. Karena Risa masih berada di ruang tamu. Melakukan siaran langsung dengan Jonas dan Ian yang belum mengantuk.

Ting...

Niana yang sudah tidur tiba-tiba terbangun karena mendengar suara ponselnya. Ternyata notifikasi dari update an cerita yang dibaca. Membuat gadis ini lekas bangun dan berniat membaca.

Namun sebelum itu, Niana berencana mengambil minum di dapur. Karena dia merasa haus. Dia juga berencana membaca di luar kamar. Karena lampu kamar sudah padam. Dimatikan Risa yang telah tidur di sampingnya.

"Belum tidur?"

Tanya Dewa yang baru saja membuka kulkas. Karena ingin makan es krim sekarang. Sebab dia merasa kepanasan. Mungkin sebentar lagi akan turun hujan.

"Kebangun."

"Jangan bilang Mama, ya? Aku juga tidak akan bilang siapa-siapa soal yang sebelumnya."

Niana sedikit menegang. Dia tahu apa maksudnya. Tentang dia yang lupa menutup pintu kamar dengan rapat.

"Iya. Santai. Aku tidak sekolot itu kali. Hal-hal seperti ini sudah sering kutemui."

Dewa terkekeh kecil. Dia juga mulai menduduki kursi. Sembari memakan es krim.

"Oh, ya? Sering kamu temui di mana? Di AO3?"

Wajah Niana bersemu. Dia bergegas meraih dua botol air minum. Lalu dibawa ke kamar dengan terburu-buru. Karena tidak mau lagi membahas hal itu.

"Hahaha. Lucu sekali."

"Kalian ada rahasia apa, Wa?"

Dewa agak terperanjat. Sebab Ian tiba-tiba saja datang dari belakang. Sejak tadi dia sengaja menguping pembicaraan. Karena dia menyukai Niana. Dia ingin tahu lebih banyak tentang adik tiri temannya.

Tbc...

SEGELAP MENDUNG LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang