Dua tahun kemudian.Niana sudah lulus SMA. Dia berencana kuliah di luar kota. Karena ingin belajar hidup mandiri di luar sana.
"Kenapa tidak di sini saja, sih? Kalau pengen mandiri bisa ngekos seperti aku!"
Komentar Dewa yang baru saja pulang. Karena seminggu sekali dia selalu pulang. Mengingat jarak rumah dan kosan hanya satu jam saja.
"Aku sudah terlanjur daftar di Undip dan Unair."
"Sudah, lah! Tidak apa-apa. Adiknya pengen mandiri kok dilarang!"
Lia menepuk pundak Dewa yang sudah duduk di sampingnya. Mereka tengah makan malam bersama. Karena Rendi baru saja mendapat untung besar. Sehingga dia memasak ikan bakar kesukaan anak-anak.
"Bukan begitu, Ma. Dia kan selama ini selalu di kamar. Tidak tahu dunia luar. Apa tidak kaget dia kalau tiba-tiba tinggal di luar kota sendirian? Dia sehari-hari naik sepeda ontel juga. Apa tidak takut kamu naik ojek sendirian kalau ke mana-mana? Semarang dan Surabaya jauh! Itu kota besar, banyak penjahat!"
"Kita pernah tinggal di Semarang, Dewa. Kalau kamu lupa, meski tidak di kota. Tapi Papa punya banyak kenalan di sana. Nanti Papa bisa minta tolong mereka untuk mengawasi Niana."
Dewa tampak keberatan. Dia mulai menatap ayah tirinya lama. Sebelum akhirnya bersuara.
"Bukan itu, Pa. Niana ini perempuan, loh! Badannya kecil. Selama ini dia tidak pernah ke mana-mana! Tiba-tiba malah kuliah di luar kota. Pokoknya aku tidak setuju, ya!"
Niana mengabaikan omelan Dewa. Sebab setelah kuliah, dia mulai protektif padanya. Suka mengatur-ngatur juga. Padahal mereka tidak sedekat itu sebenarnya.
"Ya sudah, ya sudah! Lagi pula Niana baru daftar. Belum pengumuman juga. Nanti kalau misalnya tidak lolos, Niana bisa ikut tes tulis dan pilih universitas yang ada di dekat-dekat sini saja. Supaya bisa kamu awasi sendiri Dewa."
Lia mencoba memenangkan. Dia menepuk pundak anaknya berulang-ulang. Sedangkan Rendi hanya terkekeh saja. Karena merasa senang. Sebab Dewa sangat sayang Niana juga.
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
SEGELAP MENDUNG LANGIT
Romance(21+) Mahadewa dan Niana adalah saudara tiri. Mereka pernah saling benci sebelum akhirnya jadi sedekat nadi. Hingga tidak mau dipisahkan sampai mati.