17. SML

237 4 0
                                    


Selama perjalanan pulang Natasha diam saja. Begitu pula dengan Dewa. Sebab agak kesal karena si pacar tidak mau menjawab pertanyaan Niana.

"Besok aku tidak bisa antar jemput. Jadwalku full."

Ucap Dewasa setelah Natasha melepas sabuk pengaman. Karena saat ini mereka sudah tiba di depan rumah. Dengan gerbang yang sudah terbuka.

"Full untuk antar jemput adik tirimu itu?"

"Nat! Kamu kenapa, sih? Kenapa hari ini kamu menyebalkan sekali? Tadi, kenapa kamu bersikap seperti itu di depan Nia? Gara-gara kamu dia jadi di mall sendirian! Bagaimana kalau dia kenapa-kenapa? Bagaimana kalau dia diganggu orang?"

Natasha berkaca-kaca. Dia ingin meledak. Karena kesabarannya sudah di ambang batas.

"NIANA SUDAH DEWASA DEWA! DIA SUDAH PUNYA KTP JUGA! DIA BUKAN ANAK KECIL YANG HARUS KAMU JAGA 24 JAM!"

"Di mataku dia masih kecil. Kamu tahu sendiri dia tidak punya teman, Nat. Dia—"

"AKU TIDAK PEDULI! AKU MAU KITA PUTUS SAJA JIKA KAMU TIDAK BISA BERHENTI MENGURUS NIANA!"

Dewa menarik nafas panjang. Lalu menatap Natasha dalam-dalam. Guna memantapkan keputusan.

"Fine! Kita putus saja! Aku juga tidak butuh pacar yang justru menjauhkan aku dengan keluarga!"

Natasha yang mendengar itu jelas kecewa. Dia mulai masuk rumah dengan air mata yang sudah membasahi wajah. Sebab dia jelas masih cinta Dewa. Namun mereka harus putus karena Niana.

Dua jam kemudian Dewa sampai rumah. Dia langsung menuju kamar Niana, karena gadis itu sudah pulang sendirian. Sebab dia terlalu lama.

"Sedang apa?"

Tanya Dewa yang tiba-tiba masuk kamar. Membuat gadis yang sedang membaca buku ini terperanjat. Karena terkejut tentu saja.

"Baca buku. Ada apa?"

"Aku putus dengan Natasha."

Dewa mendekati ranjang. Dia duduk di samping Niana yang sedang bersandar pada kepala ranjang. Karena tidak mungkin dia membaca sembari rebahan. Bisa semakin buram matanya.

"Kenapa? Gara-gara aku, ya? Kak Nat cemburu padaku, ya?"

Niana langsung duduk tegak. Dia juga menutup bukunya. Karena ingin fokus pada Dewa.

"Tidak jelas dia. Akhir-akhir ini dia menyebalkan. Dia kesal karena aku antar jemput kamu selama kuliah. Padahal ini wajar, kamu adikku. Tapi dia malah seperti itu. Aku merasa dia ingin menjauhkan aku dengan keluargaku."

"Kak, tapi kita saudara tiri. Wajar kalau Kak Nat cemburu akan hal ini. Kalau begitu mulai sekarang jangan antar jemput aku lagi! Aku bisa naik gojek, tadi aku juga naik gojek. Gampang ternyata. Aku dibantu satpam mall."

Dewa menatap Niana. Dia tidak mungkin teta melepas adiknya begitu saja. Karena gadis ini belum tahu banyak tentang dunia luar.

"Tidak. Kita memang tidak cocok bersama. Malah bagus kalau kita putus, aku jadi tidak tertekan kalau mau antar jemput. Mama dan Papa mau ke Amerika minggu depan, btw."

"Hah? Amerika? Berapa lama? Pengen ikut jugaaa! Aku tidak pernah ke sana!"

"Satu bulan. Mereka tidak liburan. Adik Mama, Tante Yuna mau melahirkan anak pertama di usia 40an. Jadi Mama ingin membantu adiknya. Papa ikut juga, apalagi sudah ada tiga pegawai di toko sekarang. Kamu tidak bisa ikut, lah! Kan, baru masuk kuliah!"

"Yahhh. Pasti mereka mau pacaran juga. Jadi aku ditinggal di rumah sendirian?"

"Tidak. Aku tinggal di rumah. Aku yang akan menemani kamu selama satu bulan."

Niana merasa lega. Karena dia agak takut juga jika ditinggal satu bulan. Apalagi rumah ini cukup besar. Bersih-bersih sendiri apa sanggup dirinya kalau tidak ada teman.

Tbc...

SEGELAP MENDUNG LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang