24. SML

259 7 0
                                    

Ceklek...

Dewa membuka pintu kamarnya. Di sana ada Niana yang sedang duduk di tepi ranjang sembari menggenggam ponselnya. Sebab kamarnya akan dipakai Dewi untuk menginap.

"Kamar tamu sudah aku bersihkan. Aku yang tidur di sana. Kamu tidur di sini saja."

Niana menggeleng pelan. Dia tampak kalut sekarang. Karena merasa tidak enak. Sebab kamar yang ditempati selama ini adalah milik Dewi. Wajar kalau wanita itu ingin memakai kamar ini saat datang kemari.

"Aku akan tidur di kamar tamu. Barang-barangku sudah dipindah semua, kan?"

Dewa menggeleng pelan. Lalu  mengusap pundak Niana. Karena ingin menenangkan si wanita.

"Tidak, Sayang. Dia di sini hanya sebentar. Hanya sementara. Besok dia juga akan pergi. Kamar itu milikmu, bukan milik Dewi."

"Tapi dia bilang kalau sudah tidak memiliki tempat pulang. Dia diusir dari rumah karena ketahuan hamil dengan supirnya. Kalian tidak mungkin tega membiarkan dia tinggal di luar, kan?"

Dewa diam saja. Kali ini dia ikut duduk di samping Niana. Lalu menyentuh kedua pundaknya.

"Kalaupun dia akan tinggal di sini, kamar itu akan tetap kamu tinggali. Aku yang akan bicara dengan Mama nanti. Kamu tenang saja. Selagi ada aku, kamu tidak akan tersisihkan."

"Aku tidak merasa tersisihkan. Aku sadar diri kali, Kak. Aku hanya anak tiri. Kak Dewi yang lebih berhak atas kamar ini. Itu sebabnya aku minta barang-barangku dipindah langsung saja tadi. Karena aku tahu dia akan lama di sini."

Dewa dapat melihat raut sedih dan kecewa di wajah Niana. Dia tahu jika si adik sedang merasa tidak nyaman. Akan kehadiran si kembaran.

"Kalau begitu kamu bisa pakai kamar ini. Nanti aku bawa barang-barangmu kemari. Toh, Senin sampai jumat aku di apartemen. Aku bisa pakai kamar tamu kalau mau menginap di sini."

"Tidak mau aku! Barang-barangku banyak! Kamar ini tidak akan muat!"

Dewa menarik nafas panjang. Karena ucapan Niana tidak masuk akal. Mengingat kamar mereka sama-sama besar sebenarnya. Namun sepertinya, wanita ini memang sedang enggan tinggal di kamarnya saja.

"Kamar kita sama-sama besar, Nia."

"Tetap saja, aku tidak akan nyaman tidur di sini. Ya sudah, aku akan berkemas sendiri!"

Niana pergi dari kamar. Meninggalkan Dewa yang tampak bingung sekarang. Sebab dia juga tidak menyangka jika Dewi akan datang tiba-tiba. Dalam keadaan hamil sebelum menikah. Sehingga ayahnya murka. Padahal dia adalah anak kesayangan.

Tbc...

SEGELAP MENDUNG LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang