3. SML

671 12 0
                                    


Dewa sedang memarkirkan motornya. Lalu menatap tajam si adik tiri yang baru saja turun dan berjalan cepat menuju kelas. Tanpa mengatakan apa-apa padanya. Padahal sudah dibonceng ke sekolah.

"Dia adik tirimu, Wa?"

Tanya Jonas, anak kepala sekolah yang suka sekali tawuran. Dia adalah ketua geng anak-anak nakal di sekolah. Bersama Dewa juga.

"Iya. Belagu dia! Susah bilang makasih! Padahal hidupnya enak setelah—Ian!Kenapa, Anjing?"

Dewa menatap Ian yang baru saja masuk gerbang. Lalu mendekati parkiran. Dengan tangan kanan yang sudah diperban.

"Jatuh dari pohon mangga tetangga."

Dewa dan Jonas tertawa berbarengan. Mereka langsung merangkul Ian yang memang teman baik mereka sejak sekolah dasar. Tidak heran jika musibah seperti ini menjadi bahan ejakan.

Setibanya di kelas, Dewa dan Jonas duduk berdua. Sedangkan Ian duduk di depan mereka bersama Risa. Anak wali kelas sekaligus ketua kelas mereka.

"Jadi adik tirimu sekolah di sini juga? Kelas apa?"

Tanya Risa sembari menghadap belakang. Menatap Dewa yang sedang memainkan ponselnya. Sebab guru belum datang.

"B kali, ya? Dia tidak suka belajar. Bacaannya novel cinta-cintaan. Bodoh kayaknya. Jadi tidak mungkin masuk kelas A."

Jonas terkekeh kencang. Sama seperti Ian juga. Sebab sejak tadi mereka duduk berhadapan karena sedang push rank.

"Namanya siapa, sih? Aku anak OSIS, mungkin aku ingat anak ini."

"Niana."

"Niana saja? Panjangnya?"

"Tidak tahu aku!"

Dewa tampak kesal. Membuat Risa menggerutu sekarang. Sebab dia juga ingin kenal adik tiri Dewa. Mengingat mereka sudah berteman sejak sekolah dasar. Wajar kalau dia ingin dekat dengan adik temannya juga.

Tidak lama kemudian guru datang. Pelajaran matematika menjadi pembuka. Membuat Dewa dan Jonas terus menguap di kursi paling belakang. Lalu bergantian pamit ingin cuci muka.

Ian juga ikut serta. Membuat Risa mendecih kesal. Sebab lagi-lagi dia ditinggal mereka bertiga. Mengingat mereka berempat memang sangat dekat. Bahkan, mereka memiliki band yang kerap manggung di berbagai acara.

Buntut dari Ian yang memiliki ayah penyanyi veteran. Dia memiliki studio dengan alat musik lengkap di rumah. Sehingga sejak SMP dipakai mereka berlatih bersama. Lalu iseng membuat akun band di sosial media. Sering live juga. Hingga akhirnya berkembang dan mereka cukup terkenal di Instagram. Ya, meski hanya memilki sebelas ribu pengikut sekarang.

"Mana adikmu, Wa?"

Tanya Jonas penasaran. Saat ini dia sedang merokok di rooftop sekolah. Sembari menatap anak-anak kelas satu yang sedang olaharga. Anak-anak kelas A dan B saja. Sebab tahun ini sekolah memang hanya menerima dua kelas. Dengan urutan yang paling pintar masuk kelas A dan Niana masuk di dalamnya.

"Paling pendek!"

Jonas mulai menyipitkan mata. Dia menatap gadis yang paling pendek di antara semuanya. Gadis yang memiliki tubuh berisi dan berkulit pucat. Rambutnya panjang dan agak bergelombang. Sehingga terlihat tebal dan tentu terus berguncang saat si pemilik badan berlarian.

"Cakep juga! Aku mau main, lah! Ke rumah!"

Dewa menendang kaki Jonas. Sebab dia tahu apa yang ada di otak si teman. Karena dia yang paling mesum di antara mereka bertiga. Bahkan, Jonas juga yang lebih dulu melepas keperjakaan di antara mereka semua.

"Aw! Aw! Sakit!"

Jonas dan Dewa masih saling tendang. Sedangkan Ian fokus menatap Niana. Gadis itu sedang tertawa bersama salah satu temannya. Lalu duduk di tepi lapangan dan meminum air mineral.

Mata mereka sempat bertatapan. Karena gadis itu mendongak saat meminum airnya. Namun Ian tidak terperanjat. Tidak memalingkan pandangan juga. Hingga gadis itu selesai minum dan kembali ke tengah lapangan.

Tbc...

SEGELAP MENDUNG LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang