4. SML

602 13 0
                                    

Enam bulan kemudian.

Dewa masih belum bisa menerima kehadiran Rendi dan Niana. Sehingga dia enggan berlama-lama satu ruangan bersama mereka. Sebab di matanya, Rendi masih seperti benalu di keluarga. Karena tidak sekaya ibunya yang memang seorang dokter kandungan.

Lia memiliki klinik dan lima pegawai juga. Sehingga pekerjaannya tidak terlalu berat. Bahkan dia masih bisa memasak setiap harinya. Karena bersih-bersih sudah dibantu Dewa pada awalnya. Namun sekarang ditambah bantuan Rendi dan Niana juga.

Lia bertugas memasak dan mengatur keuangan. Rendi belanja dan mengurus tanaman yang ada di pekarangan rumah. Dewa menyapu, mengepel dan membuang sampah. Sedangkan Niana mencuci menggunakan mesin dan menyetrika juga.

Hidup Lia jelas terasa lebih ringan setelah menikah lagi. Karena beban pekerjaannya dikurangi. Mengingat mantan suaminya sangat patriarki. Dia tidak mau mengerjakan pekerjaan rumah selama ini. Dia hanya memberikan uang dan tidak mau diajak kerjasama sama sekali. Tidak seperti Rendi yang belanja di pasar saja tidak gengsi.

Meski Rendi tidak sekaya si mantan suami, Lia jauh lebih bahagia saat ini. Dia merasa hidupnya sempurna sekali. Karena telah memiliki pendamping yang sesuai keinginan hati.

"Kemeja hitam baruku di mana, Ma?"

Tanya Dewa yang baru saja menuruni tangga. Dia baru selesai mandi setelah mengepel rumah. Sebab besok hari minggu dan dia ada acara manggung di balai kota. Mewakili sekolah tentu saja.

"Tanya adikmu, dia yang urus!"

Dewa yang selama enam bulan ini jarang bicara dengan Niana tentu merasa kesal. Dia malas sekali berbincang dengan adik tirinya. Karena di matanya, Niana ini sombong dan angkuh juga. Sebab jarang mengucap terima kasih dan maaf pada orang.

"Kemeja baruku di mana? Kok di lemari tidak ada?"

Dewa mendekati Niana yang sedang membaca buku di samping rumah. Dia duduk di ayunan bawah pohon mangga. Sembari menunggu mesin cuci berhenti bergerak. Sebab dia memang sedang mencuci bed cover sekarang.

"Kemeja hitam yang lengannya digunting itu, ya?"

"Iya. Jangan bilang kamu buang!"

Dewa ingin marah. Otot lehernya mulai keluar. Sebab kemeja ini akan dipakai di acara balai kota.

"Tidak, kok. Ada di tumpukan baju yang sudah disetrika. Aku belum sempat taruh kamar semalam."

Dewa merasa lega. Lalu berlari kecil menuju tempat cucian. Mencari keberadaan bajunya. Kemeja hitam gambar tengkorak tanpa lengan yang kembaran dengan teman-temannya.

Niana hanya menatap dari kejauhan. Dia menyunggingkan senyuman saat melihat Dewa menciumi aroma bajunya. Merasa harum sekali mungkin saja. Sebab Niana sengaja menyemprotkan banyak pewangi sebelum kemeja itu disetrika.

Tbc...

SEGELAP MENDUNG LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang