29. SML

202 5 0
                                    

"Pulang kapan kamu semalam?"

Niana yang baru saja keluar kamar terkejut saat mendengar pertanyaan Dewa. Pria itu masih di rumah dan sudah memakai setelan kerja sekarang. Padahal seharusnya dia kembali ke apartemen dan berangkat kerja dari sana.

"Jam sebelas, Kak. Restoran ramai semalam. Jadi aku ikut bantu-bantu di sana."

Niana mulai ke dapur. Berniat menghindari Dewa yang tampak marah saat itu. Sebab tengah cemburu.

"Hpmu di mana? Kenapa aku telepon tidak diangkat?"

"Kemarin Hp aku tinggal."

Niana mendekati Lia yang sedang menyiapkan sarapan. Sedangkan ayahnya tengah menyiram tanaman. Bersama Dewi yang sedang memberi makan ikan. Karena di taman ada kolam ikan.

"Mama ada yang perlu aku bantu?"

"Tidak ada. Dewa, Mama ingin bicara denganmu."

Dewa mulai menatap ibunya. Wanita itu tampak serius sekarang. Sedangkan Niana hanya menyimak saja.

"Apa, Ma?"

"Kamu sudah putus dengan Natasha?"

Dewa langsung melirik Niana. Wanita itu tampak salah tingkah. Lalu membuka kulkas. Guna mengambil minuman.

"Mama tahu dari mana?"

"Jadi selama ini kamu bohong dengan Mama? Soal dia yang sibuk koas sehingga tidak sempat datang?"

"Dia sedang sibuk koas sungguhan, Ma. Aku tidak bilang kalau putus karena takut Mama kecewa. Kepikiran dan—"

"Kapan kalian putus?"

"Ma, ini sudah terlalu jauh. Jangan ikut campur urusan percintaanku sedalam itu. Aku jadi tidak nyaman. Lebih baik urus saja itu Niana! Apa baik pulang malam dengan laki-laki yang baru dikenal?"

Niana masih sibuk di dalam kulkas. Enggan ikut campur perbincangan mereka. Apalagi disangkut pautkan.

"Kamu jangan mengalihkan pembicaraan! Ian sudah izin Mama dan Papa. Lagi pula Ian bukan orang asing bagi kita. Mama kenal orang tuanya. Sejak kecil dia sering main di sini juga. Kamu—"

Ucapan Lia terjeda saat Rendi masuk rumah. Dia tidak tega melanjutkan ucapan. Sebab ini menyinggung Niana juga. Dia ingin bertanya apakah benar dugaan Dewi semalam. Jika Dewa menyukai adik tirinya.

"Ada apa ini? Pagi-pagi kok sudah ribut sekali. Dewa! Kamu tampan sekali pakai jas ini. Kapan, ya? Papa pakai jas seperti ini lagi. Terakhir saat menikahi Liani."

Lia tersipu malu. Dia yang sebelumnya marah tampak tersenyum lebar saat itu. Lalu lanjut menumis tempe dan tahu.

"Papa bisa pakai jas lagi kalau Niana wisuda. Atau saat di antara kita menikah."

Dewa menatap Niana. Namun wanita itu sengaja menghindar. Lalu meraih sebotol air dingin berukuran sedang. Kemudian meninggalkan ruang makan.

Niana berniat melewatkan sarapan. Karena dia ingin olahraga. Ingin lari karena tidak ingin terjebak di dalam rumah yang terasa tidak lagi nyaman saat Dewi datang.

Tbc...



SEGELAP MENDUNG LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang