55. Unexpected Strike

8 1 0
                                    

Ja jan! Rei sanjou!
.
.
.
.
.
26 February

Malam semakin mendekat ke akhirnya, dan cahaya bulan sabit akhir pun semakin terang sinarnya. Saat yang lumrah untuk banyak orang terlelap dalam tidurnya. Tetapi tidak bagi orang-orang ini yang sibuk dalam misinya.

"Commander, sebenarnya kita dimana, sih?" Octavia menolehkan pandangannya ke kanan dan kiri. "Aku juga tak begitu tahu, sih," jawab Commander. Octavia merautkan wajah kecewa dan menghela nafas.
Commander bodoh, batinnya.

"Baiklah ...!" Reino berlari lalu menaiki pohon yang ada di depannya. Kecepatan lari yang tinggi mampu membawanya ke salah satu cabang pohon yang cukup tinggi. Kemudian ia lanjut memanjatnya hingga mencapai cabang tertinggi dari pohon. Seketika warna mata yang berubah berbinar terang di mata nya. Setelah itu kembali turun kebawah menuju teman-temannya.

"Bagaimana, Reino?" Tanya Turboy. "Markas besar terlihat dari sini, harusnya kita bergerak ke arah  laut untuk menemui Hendrick dan Tencent.

"Ayo, berangkat!" ajak Turboy.

"T-tapi, Commander, bagaimana jika mereka ternyata tertangkap?" ucap Octavia.

"Ah, benar juga," sela Turboy, "apakah kau menyiapkan rencana b?"

"E-eeumm, belum sih, hehe."

"Haah ...." Octavia dan Turboy menepuk dahi mereka. "Terus gimana?"

"Hmm, gak tau, deh. Coba dulu aja dah," ucap Reino. Reino dan rekannya kembali melanjutkan perjalanan mereka ke barat kota Shiniya untuk menemui dua hitman di sana.

Sementara itu ....

"Eh, Tencent, kita udah nunggu berapa lama, dah?" tanya Hendrick. Pertanyaan itu tak kunjung mendapat respon. Tencent melepas pandangan dari scope sniper nya, dan menengok ke samping. Sontak wajahnya berubah datar.

"Grook ...."
"Malah tidur," gumamnya. "Tapi ..., Kalau lama kayak gini, apakah ... Penyerangan itu gagal."

"Kalau gagal bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Apakah Commander selamat?"

"Sepertinya aku harus bergerak." Hendrick menopang badannya ke kedua tangannya dan membangkitkan dirinya. Tiba-tiba kakinya tertahan dan ditarik kencang hingga dagunya terbentur lantai.

"Aakk! Apaan, sih? Sakit, tahu!"
"Ssstt! Jangan bersuara atau kita akan ketahuan."

"Tencent? Kukira kau tidur."
"Apapun yang terjadi, jangan meninggalkan tempat ini."

"Tapi, kan sergapan itu gagal." "Bisa jadi ucapanmu itu benar, tapi satu instruksi satu aksi. Tiada instruksi tiada aksi diluar kapasiti, instruksi harga mati. Apapun yang terjadi, instruksi atasan adalah yang terpenting," ujar Tencent.

"Kau benar ..., Kuharap Commander baik-baik saja."

...

"Disini agen Zekio, ada masalah apa?"

"Zekio, bergerak ke selatan sekarang juga."
"Baiklah, bergerak ke selatan, ganti."

"Pak Taulany, sekarang kita ke arah selatan!" ajak Zekio.

"Maaf, bukannya aku menolak, tapi bukankan itu tugas kalian? Aku memiliki tugasku tersendiri di Meteorite Village."

"Hmm, aku mengerti, terimakasih banyak atas bantuanmu, Pak."

Taulany mengangguk dan menaiki kereta gantung di pos barat menuju ke markas utama. Sesampainya di sana, Avan menyambutnya dengan gembira.

The Trinity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang