"Ehem... Ehem..."
"Kamu kenapa?" Tanya Hana pada Farida yang semenjak tadi terus berdehem itu.
"Yang abis gituan mah beda ya?!" Goda Farida.
"Gagal." Cetus Hana keki.
"Lho?! Kenapa? Nggak ngefek?" Tanya Farida bertubi-tubi. "Kata kamu waktu itu manjur. Obatnya sama kok."
"Si Aa nggak minum."
"Heh?!"
"Dia nolak minum, katanya lagi nggak mau teh manis hangat."
"Yaaa...." Farida sama kecewanya seperti Hana. Pasalnya ia mendapatkan obat itu tidak mudah. "Ehh tapi nggak apa-apa. Yang penting pernah. Kata temen aku, cowok nggak bisa lama-lama tahan kok. Ntar juga kelabakan apalagi kalau udah pernah nyobain atau ngerasain, pasti ketagihan. Cuma soal waktu. Lagian posisi sekarang kalau kata aku sih aman. Adik kamu juga udah married." Tutur Farida.
"Ahh itu mah..." Hana menggantungkan kalimatnya.
"Kenapa?"
"Jujur aku percaya nggak percaya pernikahan itu benar-benar terlaksana."
"Maksudnya?"
"Dia deket banget sama keluarga Pak Junaedi. Paling saking pengen nyelametin Hanin dari malu, si Rafa sampai kayak gitu. Pokoknya sebelum Hanin hamil, bener-bener masuk ruang persalinan buat lahiran anak si Rafa, baru aku merasa aman."
"Jadi sekarang kamu masih was-was?" Farida memastikan.
"Banget."
***
Junaedi, Nur dan Hanin tengah dalam perjalanan menuju Jakarta. Sengaja mereka tidak memberi Rafa kabar mereka hendak memberi kejutan pada sang mahasiswa kedokteran itu.
Sedang Freya sudah berencana untuk menemui Rafa sore nanti di kampusnya dengan alasan ingin tahu kampus Rafa.
"Kita jadinya nginep di apartemen?" Tanya Nur.
"Iyalah biar leluasa. Kemarin Papa booking satu unit tapi punya dua kamar tidur. Cukup buat kita."
"Si Aa dikasih tau kapan?" Tanya Nur lagi.
"Kalau kita udah sampai."
"Papa mulai jahil."
"Biarin, biar dia surprise." Sahut Junaedi dengan seulas senyum hangatnya.
Freya terlambat karena Rafa ternyata keluar satu jam lebih awal dari jadwal yang diinfokan oleh Fatih. Bahkan kini Rafa sudah berada di kost-annya dan tengah bersiap keluar mencari makan. Tujuannya agar saat Maghrib nanti ia sudah kembali di kost-an lagi dan makan malam di kamarnya itu.
"A...." Seru Nur saat Rafa hampir menghampiri mobilnya. Rafa menoleh memastikan pendengarannya tidak salah.
"Papa? Mama?" Bola mata Rafa membulat. Seulas senyum terpampang meski ada segurat kerutan di dahinya.
"Surprise." Seru Nur yang membuat senyum Rafa benar-benar mengembang.
"Mau ke mana?" Tanya Junaedi ketika menyadari putranya siap pergi.
"Beli makan. Ehh Papa sama Mama kok bisa di sini?" Tanya Rafa yang masih tidak menyangka itu.
"Bisa dong." Sahut Nur.
"Hanin?!" Lirih Rafa saat melihat Hanin keluar dari mobil. Sudut bibir Rafa terangkat, manis. "Dalam rangka apa ini?"
"Sidak kamu."
"Heh?!"
Hanin mendekat, seperti kemarin ia menyalami Rafa karena tadi ia melihat Rafa juga menyalami kedua orangtuanya seperti biasa. Diam-diam perlakuan Hanin itu membuat Rafa benar-benar merasa menjadi laki-laki yang sudah menyandang status suami. Ia merasa dewasa dan dihargai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Muda
Любовные романыIstri lebih muda itu biasa. Suami lebih muda? Sekuel cerita, Iparku Mantanku... Happy Reading ❤️