SM 12

1.3K 48 6
                                    

Rafa menatap Hanin tanpa berkedip seolah ingin memastikan perubahan Hanin sekecil apapun. Ia ingin tahu.

"Yakin?" Tanya Rafa tetap dengan tatapan yang menajam. Hanin mengangguk pelan.

Rafa bersiap bertepatan dengan ponsel Hanin berdering. Ayah, nama itu yang muncul dan terlihat oleh Rafa. Segera ia meraih ponsel Hanin dari atas nakas dan menyerahkannya pada Hanin. Hanin menelan saliva.

Duuh alamat ngambek lagi, batin Hanin.

"Ayah." Ujar Rafa pelan.

"Heh?!" Hanin mengernyitkan kening. Sedang Rafa beranjak dari posisinya memberi waktu Hanin menerima telepon dari orangtuanya terlebih dahulu.

"Kok nggak diangkat?" Tanya Rafa saat melihat Hanin bergeming membiarkan ponselnya terus berdering.

"Aku pagi malas terima telepon dari orang rumah."

"Kenapa?" Tanya Rafa dengan kerutan halus di dahi.

"Lagi malas aja. Lagi pengen sama kamu doang."

"Apa ini teh? Ngegombal ceritanya?!" Rafa tersenyum lebar dan hendak menerkam Hanin saat terdengar suara mesin mobil berhenti di pekarangan.

"Papa sama Mama bukan sih?" Seloroh Hanin.

"Kayaknya." Sahut Rafa kesal.

"Ya udah aku...."

"Sama aku aja." Potong Rafa cepat.

Tidak mungkin Rafa membiarkan Hanin keluar kamar dalam kondisi berantakan seperti saat ini. Jika Hanin merapikan diri pun butuh waktu beberapa saat, kasihan orangtuanya itu harus menunggu. Maka dari itu Rafa memutuskan dirinyalah yang turun untuk membuka pintu. Pasalnya ia cukup mengenakan kaos dan celana pendek. Rambutnya pun tidak perlu disisir, cukup dirapikan jemarinya pun selesai.

Hanin mengangguk setuju malah diam-diam dalam hati ia berterimakasih pada Rafa yang mau keluar kamar dan turun ke lantai bawah untuk membukakan pintu. Rafa langsung beranjak. Tidak lupa ia menutup kembali pintu kamar.

"Lagi apa teh?" Goda Junaedi saat melihat Rafa membuka pintu dengan penampilan yang lumayan berantakan bagi Junaedi.

"Mau mandi." Sahut Rafa asal plus salah tingkah.

"Mandi keringat." Cibir Junaedi yang kemudian langsung terkekeh.

"Papa... Kayak nggak pernah muda aja." Sikut Nur.

"Kita pulang di waktu yang kurang tepat sepertinya." Timpal Junaedi.

"Pada ngaco. Udah ahh aku mau ke atas lagi." Rafa semakin salah tingkah.

"Udah boleh kok, A. Bebas." Cetus Junaedi.

"Apa sih, Pa? Orang emang mau mandi. Mau keluar, mau main." Sahut Rafa tidak mau kalah.

"Cieee..." Junaedi terus menggoda. Rafa tidak menghiraukan, ia langsung berlari menaiki anak tangga.

"Si Papa suka banget kayaknya godain si Aa." Seloroh Nur.

"Kapan lagi?! biasanya kan kayak kanebo kering tuh anak." Sahut Junaedi.

"Kanebo kering?!" Nur mengulangi kata yang diucapkan Junaedi.

"Iya kan emang bener." Tegas Junaedi di mana menurutnya sikap Rafa biasanya ya seperti barang tersebut.

Rafa kembali masuk kamar. Ia langsung menghampiri Hanin yang tengah berbaring agak kelelahan dan bersembunyi di balik selimut itu.

"Kayaknya aku emang nggak diizinin macem-macemin kamu dulu." Ujar Rafa sembari mengelus rambut Hanin. Hanin tersenyum, bingung menanggapi. "Mandi yuk?! Katanya mau mandi bareng." Ajak Rafa kemudian.

Suami MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang