"Bu Nur, maaf saya ganggu." Ujar Ane saat dirinya menelepon Nur selepas Tedi pergi.
"Nggak apa-apa, Bu Ane. Ada apa ya?" Nur berbasa-basi meski hatinya menerka telepon Ane ini ada hubungannya dengan Hanin.
"Boleh saya minta nomor telepon Rafa?" Tanya Ane to the point yang membuat Nur mengernyitkan kening.
"Buat apa ya, Bu?" Tanya Nur pura-pura tidak tahu apa-apa.
"Saya mau bicara sama Rafa soal Hanin."
Deg, jantung Nur berdetak tidak karuan. Mendadak ia merasa dilema.
"Bu...." Panggil ane saat merasa nur tidak ada respon.
"I-ya." Nur terbata.
"Bisa saya minta nomor telepon Rafa?" Ulang Ane.
"Bu, mohon maaf sebelumnya tapi apa nggak sebaiknya kita dukung hubungan mereka?! Toh setahu saya, mereka itu saling menyayangi satu sama lain." Ujar Nur kemudian.
"Iya, Bu. Saya cuma pengen nitipin Hanin ke Rafa." Sahut Ane yang jelas membuat kening Nur semakin mengernyit. "Saya nggak suka Hanin dijodoh-jodohkan dengan laki-laki itu."
"Hah?!" Nur membulatkan mata.
"Iya saudara jauh suami saya pengen menjodohkan Hanin sama anak kenalannya. Saya kurang sreg. Makanya saya mau ngomong ke Rafa buat jaga Hanin baik-baik." Tutur Ane panjang lebar.
***
Rafa menyadarkan kepalanya ke sandaran kemudi. Ia lalu menarik nafas dalam-dalam beberapa kali. Percakapannya dengan Ane tadi membuat semua bagian tubuhnya terasa berat untuk digerakkan.
Masa gue harus kerja? Kerja apa? Ijazah baru dapat SMA doang. Usaha? Udah kok meski skalanya mini tapi terbilang usaha kan?! Batinnya.
Hanin
A, di mana?Rafa membaca pesan Hanin dengan seksama lalu ia kembali menarik nafas panjang sebelum akhirnya menelepon Hanin.
"Masih di kampus, Neng. Ini baru mau on the way pulang. Kenapa?" Ujar Rafa to the point saat panggilan teleponnya terhubung.
"Nggak, aku pikir kamu ke mana." Jujur Hanin.
"Mau nitip sesuatu?" Tanya Rafa kemudian.
"Nggak kayaknya."
"Mau makan apa?" Kembali Rafa bertanya.
"Ini aku udah beli, barusan go-eat."
"Ohh ya udah makan duluan aja ya?! Takutnya aku kena macet jadi lama sampainya."
"Nggak ahh, bareng aja."
"Ya udah tunggu aku ya?!" Rafa mengakhiri teleponnya lalu segera tancap gas.
***
"Kak Hana?" Gumam Hanin yang mendapat panggilan video dari Hana sesaat setelah dirinya mengakhiri panggilan suara dengan Rafa. "Angkat jangan ya? Kalau diangkat malas, kalau nggak malah nggak enak." Ujar Hanin pelan. "Angkat aja kali ya?!"
"Hanin apa kabar?" Tanya Hana saat panggilannya terhubung.
"Baik."
"Maaf kakak belum sempet nengok lagi."
"Iya nggak apa-apa."
"Kamu itu di mana?" Tanya Hana yang merasa aneh dengan latar belakang Hanin yang menampilkan pemandangan kota Jakarta.
"Di Jakarta, Kak."
"Heh?!"
"Ngungsi." Cengir Hanin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Muda
RomanceIstri lebih muda itu biasa. Suami lebih muda? Sekuel cerita, Iparku Mantanku... Happy Reading ❤️