SM 29

740 32 12
                                    

SM 28 ada di KK
Bisa cek link tautan di profil aku paling atas ya untuk baca

Happy Reading ❤️

***

Seperti yang Rafa katakan melalui sambungan telepon kemarin, Hanin ia titipkan pada Ujang, sopir ibunya. Ujang pun sudah standby siap mengantar Hanin ke kantor pagi ini.

"Ma, nggak apa-apa mobil Mama plus Mang Ujangnya jadi Hanin pake juga?" Tanya Hanin sungkan.

"Ya nggak apa-apa. Kan dipake anak sendiri." Sahut Nur. "Udah sana berangkat, nanti kamu kesiangan."

"Makasih ya, Ma."

"Sama-sama."

"Ehh Papa mana?"

"Papa udah berangkat. Ada apel pagi katanya."

"Ohh ya udah kalau gitu Hanin pamit."

"Iya. Hati-hati Hanin."

"Siap, Ma."

***

Hari ini aman nggak ya?! Batin Azam yang semenjak tadi termenung di meja kerjanya.

"Pak Azam, nanti kita sosialisasi lagi ya?!" Seru Hamdan, rekan sesama dosen Azam di Akademi Komputer Sukabumi.

"Siap, Pak."

"Agak jauhan tapi hari ini."

"Ke mana, Pak?"

"Ke Pelabuhan Ratu. Besok lanjut ke Jampang. Cuma kalau ke Jampang kayaknya nginep. Soalnya abis dari Sagaranten, kita lanjut ke Surade." Papar Hamdan. Azam menelan saliva.

Tempat tujuan sosialisasi tahun ini memang melebar dan meluas. Dan Azam tidak menyangka destinasinya sejauh itu. "Tenang, nanti saya izinin ke Hana." Goda Hamdan.

"Nggak usah, Pak." Sewot Azam yang mengundang senyuman geli Hamdan, ia pikir kesewotan Azam adalah salah satu efek ia salah tingkah.

Ngapain izin segala ke dia. Masalahnya bukan dia, tapi Hanin. Ck. Batin Azam.

***

"Yakin Hanin?" Ibu Puspita memastikan.

"Iya, Ibu. Sebelumnya saya ucapkan banyak-banyak terima kasih atas kesempatan yang sudah diberikan pada saya selama ini. Banyak sekali pengalaman dan pelajaran yang bermanfaat selama saya bekerja di kantor Hi Bank ini."

"Kenapa? Ada pekerjaan yang lebih baik?" Tanya Puspita ingin tahu lebih dalam.

"Saya dapat kesempatan kuliah di jurusan yang saya inginkan sejak dulu, Bu."

"Kuliah jurusan apa?"

"Psikologi."

"Wow..." Seru Puspita. "Ya sudah terima kasih juga atas dedikasi kamu kurang lebih satu tahun ini. Sepertinya saya akan sangat kehilangan salah satu teller terbaik saya."

"Ibu bisa saja." Hanin tersipu.

***

"Hanin." Panggil seseorang tepat saat jam istirahat Hanin berlangsung.

"Mama?!" Hanin tersenyum lebar mendapati sosok ibu mertuanya itu.

"Ayo." Ajak Nur yang membuat Hanin mengernyitkan keningnya. "Makan siang." Sambung Nur.

"Mama sengaja ke sini?"

"Mama abis ketemu temen, inget kamu ya udah Mama mampir. Mama mau nemenin putri Mama ini makan siang."

"Mama... makasih." Hanin menggandeng lengan Nur, manja.

"Sama-sama. Ayo, mau makan apa?" Tanya Nur kemudian.

Suami MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang