SM 10

1.5K 57 2
                                    

"Udah dari rumah ayahnya?" Tanya Rafa yang mendadak khawatir Hanin berlama-lama di rumah orangtuanya. Maklum ada mantan Hanin di rumah tersebut.

"Udah."

"Itu lagi di mana?"

"Lagi di mall. Mau ketemuan sama Papa."

"Heh?!" Kening Rafa sontak mengernyit.

"Papa ajak aku cari kado buat Mama katanya." Terang Hanin.

"Wuidih tumben si Papa romantis." Ledek Rafa.

"Itu Papa." Seru Hanin sembari mengarahkan kameranya pada sang mertua.

"Hanin?!" Sapa Junaedi menyambut Hanin.

"Pa...." Hanin langsung menyalami Junaedi.

"Ada apa ini si Papa mendadak romantis sok beliin Mama kado segala?!" Cetus Rafa yang membuat dahi Junaedi sedikit berkerut tapi setelah menyadari Hanin tengah video call dengan Rafa, Junaedi pun terkekeh.

"Iya dong, nggak mau kalah kita sama kalian." Sahut Junaedi. "Si paling pengantin baru." Tekan Junaedi kemudian, menggoda. Rafa tergelak. "Mau ikut?" Tanya Junaedi tiba-tiba.

"Virtual shopping?" Rafa memastikan.

"Ya kurang lebih."

"Ehh emang nggak ada kuliah?" Tanya Hanin memotong.

"Lagi istirahat." Jawab Rafa.

"Ya udah ayo biar anak dan menantu Papa ini yang pilih kado buat Mama."

"Iya, ayo."

Mereka pun memilih, Hanin berusaha melupakan sejenak pikirannya tadi. Ia larut dalam keseruan memilih barang untuk dijadikan kado pada Nur nanti.

Tapi setelah sampai di rumah mertuanya, Hanin kembali tertegun. Segala tanya muncul di benaknya. Yang utama adalah apakah restu ayah dan ibunya pada Rafa apa hanya sebuah kepalsuan karena mendadak Hana muncul saat itu.

Hanin bingung satu sisi ia sedang belajar menerima dan mencintai Rafa. Ia yang sudah kenal dan dekat dengan keluarga Junaedi pun merasa lebih nyaman dari sebelumnya bersama keluarga tersebut. Tapi mengingat ucapan Tedi membuat dirinya resah.

"Hanin mana?" Tanya Nur saat tidak mendapati menantunya itu di meja makan pagi ini.

"Panggil, Ma. Suruh sarapan." Titah Junaedi menyahuti.

"Teh Hanin sakit." ART mereka buka suara.

"Hanin sakit?"

"Iya. Tadi soalnya beli bubur pake go-eat. Drivernya juga beliin obat sekalian."

"Coba Mama liat." Nur beranjak. Tapi bukan hanya Nur, Junaedi pun ikut beranjak langsung naik ke lantai atas, tempat kamar yang ditempati Hanin berada. "Hanin kamu kenapa?" Tanya Nur sesaat setelah pintu ia ketuk dan diizinkan masuk oleh Hanin.

"Ma..."

"Sakit? Apa yang kerasa? Kita ke dokter ya?" Tanya Nur bertubi-tubi, cemas.

"Nggak." Hanin menggeleng dengan seulas senyum di bibir.

"Panas nggak, Ma?" Tanya Junaedi ikut khawatir. Nur pun segera mengecek suhu tubuh Hanin dengan memegang kening menantunya itu.

"Anget." Jawab Nur menyahut. "Yuk kita periksa?!" Ajak Nur kemudian. Hanin menggelengkan kepalanya pelan.

"Hanin udah minum obat demam kok. Bentar lagi juga baikan."

"Kamuuu..."

"Hanin nggak apa-apa." Tegas Hanin.

Suami MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang