SM 23 ada di KK
Klik tautan link di profil aku paling atas ya untuk baca.Happy Reading ❤️
***
Freya menatap di cermin kamar mandi kamar hotel yang ia tempati. Lama ia menatap bayangan dirinya sendiri. Bahkan ia pindai seksama.
Kurang apa sih gue? Rafa buta kali ya? Apa bener diguna-guna. Hari gini emang masih ada yang begituan? Dumelnya.
Puas bercermin, Freya lalu menyambar ponselnya. Ia lantas menghubungi Citra, sabahatnya.
"Kenapa, Frey?" Sapa Citra yang langsung to the point bertanya.
"Sebel... Sebel... Sebel..."
"Kenapa? Rafa nggak mau lu tebengin?" Tanya Citra.
Ya memang rencana Freya ke Jakarta itu sebagai salah satu upaya mendapat tumpangan ke Sukabumi dari Rafa. Dengan begitu Freya berharap ia punya waktu bicara pada Rafa minimal selama perjalanan Jakarta-Sukabumi.
Freya pun menceritakan kabar yang ia dengar dari Fatih untuk menjawab pertanyaan Citra itu. Citra diam-diam menghela nafas.
***
Junaedi akhirnya mengajak istri, putra dan menantunya itu makan siang di luar. Sebagai bentuk rasa sayang pada Hanin yang sedang ingin jalan-jalan.
"Tapi yakin nggak, udah baikan?" Junaedi memastikan.
"Yakin." Hanin mengangguk mantap.
"Jangan jauh-jauh dari aku." Bisik Rafa saat mereka berempat keluar dari unit yang Rafa dan Hanin tempati.
"Siap." Sahut Hanin.
Benar saja sampai di area parkir sebuah mall, dari turun mobil hingga sampai di area tempat makan yang ada di mall tersebut, Hanin tidak pernah jauh dari Rafa.
"So sweet ya anak-anak kita." Bisik Nur sembari menyikut suaminya.
"Iya." Sahut Junaedi sembari merangkul istrinya itu.
"Ehh kenapa?" Tanya Nur cukup terkesiap dengan ulah Junaedi ini.
"Masa yang muda aja yang boleh rangkul-rangkulan. Papa juga mau meski udah nggak muda lagi." Ujar Junaedi yang mampu membuat Nur tersipu.
"Papa...."
Freya menajamkan mata saat melihat sosok yang ia kenali berada di mall yang sama. Ia maju mundur ingin menghampiri. Maju karena jelas-jelas orang yang ingin ia temui ada di depan matanya kini. Tapi ia merasa takut sehingga mundur karena selain sosok yang ingin ia temui, ada Junaedi. Ia segan pada laki-laki paruh baya itu.
Samperin jangan ya?! Batinnya menimbang-nimbang.
"Ihh ganjen amat sih?!" Gerutu Freya saat melihat Hanin bergelayut manja pada Rafa yang tengah mnggodanya. "Ihh amit-amit." Ia lalu bergidik. "Cantik kagak, kepedean iya." Umpatnya sembari terus menatap. Berharap ada momen dirinya bisa menghampiri mereka saat Junaedi lengah.
"Mau makan apa?" Tanya Rafa.
"Soto enak kayaknya."
"Mau soto?" Rafa meyakinkan.
"Iya."
"Soto apa?"
"Hmmmm... Soto ayam aja." Ujar Hanin kemudian.
"Nggak bosen ayam terus?" Tanya Rafa, maklum semalam juga menunya ayam meski dalam bentuk lain.
"Nggak."
"Ya udah. Ehh mau minum apa?"
"Es teh manis aja." Jawab Hanin.
"Pada pesen apa kalian?" Tanya Nur sembari menghampiri mereka berdua diikuti Junaedi.
"Hanin mau soto." Jawab Rafa.
"Mama pesen apa?" Kini Hanin yang bertanya pada mertuanya itu.
"Mama pesen batagor aja." Jawab Nur.
"Nggak makan, Ma?" Rafa ikut bertanya.
"Tadi makan di fast food rest area. Nggak kuat lapar soalnya, tadi pagi cuma sarapan bubur." Cengir Nur.
"Pantesan." Sahut Rafa.
"Cari tempat duduk yuk?" Ajak Junaedi kemudian.
"Ayo." Anggur Nur, Rafa juga Hanin.
Mereka pun mulai berkeliling untuk memilih meja yang nyaman mereka tempati berempat.
"Di sana, Pa." Tunjuk Rafa.
"Ya." Angguk Junaedi yang langsung menuju meja yang dimaksud Rafa.
Mereka pun akhirnya memilih meja yang berada agak dipojokan. Dengan pertimbangan tidak terlalu lalu lalang orang.
"Jadi gimana Hanin?" Tanya Junaedi.
"Apanya?" Hanin belik bertanya bukannya menjawab.
"Tawaran Papa tadi." Junaedi memperjelas.
"Hmmm.... Boleh minta waktu nggak?" Tanya Hanin takut-takut.
"Boleh, berapa lama?"
"Semalam. Besok Hanin kasih tau jawabannya."
"Oke. Ya sudah ayo makan."
"Ya." Seru istri, anak dan menantu Junaedi itu.
***
Hana kembali kesepian terlebih Farida harus dilarikan ke rumah sakit. Ia yang baru pulang menjenguk Farida itu pun kini hanya rebahan di kamar tidurnya. Sedang Azam seperti biasa jika hari Sabtu, ia akan pergi futsal atau badminton dengan teman-temannya.
Telepon Hanin lagi kali ya?!
Tapi beberapa kali dicoba, ponsel Hanin tidak aktif. Hana mengerucutkan bibirnya. Telepon siapa atuh? Reni? Reni semenjak pindah kelas karyawan ganti nomor. Aku nggak tau nomornya. Huuft.
***
"Rafa, sorry kalau gue ganggu. Tapi gue lagi butuh bantuan lu banget." Ujar Freya saat panggilannya pada Rafa terhubung.
Ia memutuskan menelpon Rafa saat memiliki alasan kuat meski dibuat-buat."
"Kenapa?"
"Ini gue lagi di Mall Jakarta. Dompet gue nggak tau ketinggalan, nggak tau ilang. Pokoknya nggak tau, tau-tau udah ilang aja." Bohong Freya. "Lu itu lagi di mana? Lagi di Jakarta atau di Sukabumi? Kalau di Jakarta, boleh minta tolong samperin gue nggak?! Gue nggak pegang uang, bingung mau balik ke hotelnya gimana." Ujar Freya dengan nada memelas khas cewek feminisme yang konon katanya disuka kaum Adam.
"Hmmm.." Rafa berpikir sejenak, menimbang-nimbang.
"Please." Hanin memohon.
"Emang lu stay di hotel mana selama di sini?" Tanya Rafa akhirnya yang membuat sudut bibir Freya terangkat.
"Batavia Hotel."
"Oke. Posisi lu itu di mana sekarang?"
"Ini gue di lobi masuk."
"Ok, wait."
"Thanks Rafa." Ucap Freya kegirangan.
"Kenapa?" Tanya Hanin mewakili pertanyaan Nur dan Junaedi sesaat setelah Rafa selesai menerima telepon.
"Temen aku lagi di Jakarta, nggak bawa dompet. Nggak tau ketinggalan, nggak tau kecopetan. Minta tolong gitu." Jelas Rafa.
"Ya udah sana." Timpal Hanin.
"Bentar." Ujar Rafa sembari mengutak-atik ponselnya. "Done." Gumamnya sesaat setelah mengirim tangkapan layar yang menampilkan pesanan Rafa di aplikasi go-antar pada Freya ditambah sepatah kata dari Rafa.
Rafa
OtwFreya membelalakkan mata saat mendapat pesan dari Rafa itu. Ekspektasinya tinggi. Ia pikir Rafa akan menghampiri dan mengantarnya pulang ke hotel. Akan tetapi ternyata Rafa memesankan Freya taksi online dan sudah dibayar Rafa memakai e-wallet.
Sialan, umpat Freya kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Muda
RomantizmIstri lebih muda itu biasa. Suami lebih muda? Sekuel cerita, Iparku Mantanku... Happy Reading ❤️