"Hanin masuk rumah sakit?" Tanya Akmal yang tidak sengaja mendengar percakapan Trisna dan istrinya.
"Iya katanya." Angguk Trisna.
"Bapak mau ke sana? Ayo bareng, Akmal juga mau setor tabungan ke bank. Jadi bisa sekalian juga jenguk Hanin."
"Waah ayo kalau gitu." Sahut Trisna antusias. Trisna pun segera bersiap lalu berangkat bersama Akmal ke kota Sukabumi.
"Hanin suka makanan apa, Pak?" Tanya Akmal ketika dalam perjalanan.
"Waah Bapak kurang tau. Kita tanya ayahnya aja biar nggak salah." Ujar Trisna yang diangguki Akmal. Trisna pun segera menghubungi Tedi dan melontarkan kembali pertanyaan Akmal tadi.
"Hanin suka apa aja." Jawab Tedi.
"Nggak ada yang paling dia suka?"
"Apa ya?!" Tedi tampak mengingat-ingat. "Nggak ada. Apa pun biasanya dia makan."
"Ohh... Ya sudah." Tutup Trisna. "Katanya Hanin nggak punya makanan kesukaan yang pasti. Karena apa pun dia suka dan dia makan." Ujarnya kemudian pada Akmal.
"Beli bolu aja kali ya." Sahut Akmal.
"Bisa."
***
Semenjak tadi pasangan suami istri muda itu hanya saling tatap dengan tangan saling berpegangan. Sampai akhirnya bibir Rafa mengulas senyum simpul.
"Istirahat." Bisiknya. Hanin mengangguk. "Atau mau ngemil dulu?! Ini ada snack." Ujar Rafa kemudian. Kini Hanin menggeleng. "Ya udah istirahat dulu aja kalau gitu, tapi abis itu ngemil ya. Dikit juga nggak apa-apa." Tekan Rafa.
"A...." Cicit Hanin.
"Ya." Sahut Rafa refleks. "Kenapa?"
"Bawa aku pergi dari sini." Rafa tersentak terlebih Hanin mengatakan itu dengan suara bergetar dan mata berkaca-kaca.
"Neng...."
"Aku udah terlanjur nyaman..."
"Hey... Jangan nangis." Potong Rafa yang langsung menghapus airmata Hanin yang tiba-tiba menetes itu. "Iya nanti aku bawa kamu pergi." Ujar Rafa. Rafa hendak berkata-kata lagi saat tiba-tiba bel penghubung komunikasi antara pasien di ruangan dengan perawat di nurse station berbunyi. "Iya." Jawab Rafa.
"Maaf, keluarga Ibu Hanin ditunggu di nurse station. Ada yang harus ditandatangani." Ujar seseorang di nurse station sana.
"Ohh iya sebentar." Sahut Rafa. "Neng, aku ke nurse station dulu ya." Pamitnya kemudian.
"Iya." Angguk Hanin. Rafa pun segera beranjak menuju nurse station, meninggalkan Hanin seorang diri.
Maklum Junaedi dan Nur pamit pulang dulu. Junaedi ada giat, sedang Nur ia ada acara bakti sosial dengan teman-temannya. Tapi mereka berjanji selesai kegiatan masing-masing, mereka akan segera kembali ke rumah sakit.
"Hanin...." Sapa Trisna yang membuat Hanin terkejut.
"U-a."
"Kenapa? Kemarin nggak apa-apa." Ujarnya sembari menghampiri diikuti langkah Akmal. Hanin bergeming. "Nih Akmal beliin kamu banyak makanan dan buah-buahan buat kamu ngemil. Baik kan Akmal?" Tanyanya penuh penekanan.
"Makasih." Ucap Hanin datar.
"Sama-sama." Senyum Akmal jelas mengembang saat ini.
"Kalau kurang minta lagi aja sama Akmal. Pasti Akmal beliin. Iya nggak, Mal?" Sikut Trisna.
"Iya, Pak."
"Tuh, Nin. Cari suami emang yang harus siaga. Ya kalau anak kuliah mah jangan terlalu diharepin. Pasti pikirannya masih bergelut di tugas. Udah kamu itu cocok sama Akmal."

KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Muda
RomantizmIstri lebih muda itu biasa. Suami lebih muda? Sekuel cerita, Iparku Mantanku... Happy Reading ❤️