SM 5

894 32 6
                                    

Azam mengatupkan rahang mendapati Hanin ternyata menggunakan hak cutinya full meski tidak jadi menikah dengan dirinya. Ya Hanin memang sempat mengajukan cuti menikah waktu itu.

Azam pun sebenarnya cuti akan tetapi karena rencananya gagal berantakan ia akhirnya tetap masuk kerja. Berbeda dengan Hanin yang ternyata tetap melanjutkan cutinya.

"Zam..." Sapa Ari mendapati Azam muncul di balik pintu ruang perawatan ibunya.

"Maaf semalam hpnya aku matiin." Ujar Azam datar. Pesan Ari semalam yang mengabarkan Tika masuk rumah sakit memang baru Azam terima dan baca tadi, saat akan sarapan pagi.

"Pantesan."

"Mama kenapa?"

"Stress kayaknya. Dari kemarin nyebut-nyebut nama Hanin terus."

"Coba aku...." Azam segera mengeluarkan ponselnya.

"Udah Papa coba semalam." Potong Ari yang berhasil menghentikan gerak Azam. "Katanya dia lagi di luar kota."

"Heh?!"

Mereka bulan madu gitu maksudnya? Batin Azam menggeram.

"Itu dia gimana? Kasian..." Ari campur aduk. Sama seperti Tika ia pun terlanjur sayang pada sosok Hanin.

"Ada si anak ingusannya?" Sarkas Azam.

"Anak ingusan?!" Ari mengernyitkan kening.

"Ya apa lagi? Anak kemarin sore?" Azam keki.

"Nggak ada. Hanin keliatan tidur sendiri. Orang kasurnya aja cuma cukup buat seorang." Cerita Ari. "Papa curiga dia malah tinggal di luar kota sekarang, menghindar gitu." Sambung Ari yang membuat Azam terpaku.

***

"Kalau nggak bisa minimal kabari kek." Sewot Fatih saat berpapasan dengan Rafa hari ini di kampus.

"Lu kenapa?" Tanya Rafa bingung.

"Kasian si Freya mondar mandir cari lu. Dia tuh bela-belain ke Jakarta buat ketemu lu. Sampe Jakarta bukannya disamperin malah ditinggalin."

"Gue nggak pernah minta dia ke Jakarta."

"Ya minimal hargainlah." Fatih tidak mau kalah.

"Lu kenapa sih kalau bahas si Freya pasti suka sewot. Lu suka? Ambil sono."

"Jangan kayak gitu. Jangan mentang-mentang dia nunjukin dia suka ke lu terus lu jual mahal."

"Bro, pertama gue nggak ada hubungan apa-apa sama dia. Gue nggak pernah minta dia ke Jakarta. Dia sendiri yang bilang pengen liburan di sini. Gue bilang bagus, jalan-jalan di ibukota. Terus gue nggak janjiin apa-apa ke dia atau minimal nemuin dia pas agenda liburan dia. Jadi salah gue di mana? Lagian ada hati bini gue yang harus gue jaga sekarang."

"Heh?! Bini?"

"Ya gue udah ada bini. Jadi udah nggak ada waktu buat gue main-main sama cewek lain. Dan satu lagi, gue ngerasa lu ada hati sama si Freya." Tekan Rafa. "Bener kan? Kalau bener, udah sana deketin." Rafa mengompori. Fatih bungkam. "Gue cabut duluan."

"Mau ke mana?" Akhirnya ia mampu bersuara lagi.

"Balik, nemenin bini yang lagi ada di Jakarta." Sahut Rafa sembari mengenakan tas ranselnya.

"Gue baru tau lu bisa halu juga." Cetus Fatih.

"Gimana lu aja, bebas. Cabut ya?!" Rafa akhirnya beranjak.

Fatih pun serta merta menghubungi Budi. Berharap Budi tahu sesuatu dan memberinya penjelasan lebih.

"Heh?! Kata siapa?" Budi nampak terkejut, terdengar dari nada bicaranya yang tidak biasa.

Suami MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang