SM 15

593 31 4
                                    

SM 14 ada di KK
Cek tautan link di profil aku paling atas buat bacanya ya

Happy Reading ❤️

***

Semenjak penyatuan malam itu, Hanin dan Rafa pun semakin dekat dan intim. Rafa secara tidak langsung merasa tersemangati untuk lebih baik, lebih dewasa dan lebih mandiri.

Rafa pun mulai merintis usaha kecil-kecilannya. Ia membangun sebuah warung kopi di pojok bengkel Budi. Junaedi terus memantau memastikan Rafa bisa menghandle. Karena jika tidak, ia siap membantu.

Sedang Hanin disibukkan dengan pekerjaannya. Terlebih ada satu teller yang baru saja cuti melahirkan. Sembari menunggu bantuan teller dari kantor cabang lain, Hanin bahu membahu dengan teller lainnya mem-backup pekerjaan yang seharusnya ditangani tiga teller itu.

"Pagi..."

"Akhirnya tambahan orang datang juga." Bisik Tessy.

"Iya." Sahut Hanin.

"Hanin ya?!" Sapanya kemudian pada Hanin.

"Iya." Angguk Hanin, bingung.

"Reni. Temen Hana." Ujarnya sembari mengajak Hanin bersalaman.

"Ohh iya. Pantesan perasaan nggak asing." Ujar Hanin saat melihat teller tersebut, maklum ketika harus pelatihan pun teller ini yang menggantikan dirinya. Reni tersenyum simpul.

"Waktu itu mau nyapa tapi kamu sibuk."

"Ihh maaf ya, Teh."

"Panggil nama aja. Lagian kayaknya usia aku sama kamu sama deh."

"Ohh gitu?"

"Iya."

Karena disatukan sementara waktu di tempat kerja, mereka pun akhirnya merasa dekat. Reni bercerita jika dirinya pindah kelas dari kelas reguler ke kelas karyawan di kampusnya. Sehingga ia memang sudah jarang kumpul dengan Hana juga Farida karena kesibukan barunya sebagai karyawan itu.

***

"A, mau tampil?" Tanya Junaedi saat mereka tengah sarapan pagi di akhir pekan ini.

"Nggak tau, tapi kemarin disuruh Pak Tora."

"Ya tampil aja atuh memeriahkan." Nur nimbrung.

"Males." Cetus Rafa.

"Kenapa malas?" Tanya Junaedi sembari melirik putra semata wayangnya itu.

"Lagi males jadi mode anak band." Sahut Rafa apa adanya.

"Nge-DJ atuh." Timpal Nur.

"Ehh iya. Boleh nggak, Pa? Lagi rame lagi itu." Tanyanya pada Junaedi meminta izin.

"Masa anak kepsek nge-DJ?!" Sahut Junaedi. Maklum disk jokey selalu dikonotasikan negatif di masyarakat. Terlebih di kota kecil.

"Sekalian ngasih paham kalau nge-DJ bukan berarti harus nakal." Ujar Rafa santai. Junaedi berpikir sejenak.

"Gimana kamu aja. Tapi jangan lagu yang aneh-aneh." Akhirnya ia mengalah terlebih ia juga sama seperti Rafa ingin memperlihatkan hobi DJ bukan berarti harus jadi anak yang punya pergaulan liar dan bebas.

"Nanti ngomong ke Pak Tora ahh."

"Emang kamu bisa di nge-DJ?" Tanya Hanin yang akhirnya buka suara setelah sekian lama hanya menyimak.

"Bisa dong." Sahut Rafa.

"Beneran?" Tanya Hanin antara percaya dan tidak. Maklum sama seperti orang-orang, Hanin pun menilai DJ identik dengan sesuatu yang tidak baik.

Suami MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang