SM 36

788 39 12
                                    

"Kang Trisna gimana?" Tanya Tedi saat ia, Ane dan Hana tiba di rumah Trisna hari ini.

"Gitu aja, demamnya naik turun."

"Udah dibawa berobat, Teh?" Lagi-lagi Tedi bertanya.

"Udah."

"Kenapa atuh awal mulanya?" Tanya Ane tiba-tiba yang membuat Sri tersenyum tipis.

Istri Trisna itu tidak mungkin menceritakan yang sebenarnya. Ia agak malu untuk berkata apa adanya, kalau sebenarnya sakit Trisna karena mendengar kabar Akmal hendak dijodohkan oleh ibunya. Itu otomatis Trisna tidak menyetir dan hilang harapan mengelola sebagian usaha Akmal yang memang menggurita di kampung mereka itu.

***

"Kenapa?" Tanya Rafa dengan tatapan sangat lekat.

"Nggak."

"Kepikiran Ibu sama Ayah ya?" Tembak Rafa.

"Biasa aja. Cuma agak heran, tumben rumah kosong banget. Biasanya Ibu nggak pernah ke mana-mana." Ujar Hanin kemudian.

"Kirim pesan atau telepon coba." Ujar Rafa memberi masukan.

"Iya nanti mau. Sekarang mau mandi dulu gerah."

"Boleh mandi bareng nggak?" Tanya Rafa usil.

"Heh?!" Rafa nyengir melihat ekspresi Hanin. "Jangan hari ini, lusa kayaknya udah boleh." Ujar Hanin kemudian.

"Asyik." Seru Rafa kegirangan mendapat kode seperti itu dari Hanin.

***

"Han, yakin mau cerai?" Tanya Farida siang ini.

"Sepertinya itu lebih baik."

"Nggak mau usaha dan sabar dikit lagi? Kan kamu sayang banget sama Pak Azam." Farida seolah tengah mengajak hana untuk make sure.

"Capek, Da. Capek banget rasanya cinta sendiri itu. Kalau bisa cukup aku aja, kamu atau perempuan mana pun jangan sampai ngalamin." Ujar Hana yang membuat Farida menelan saliva.

"Terus?"

"Dia udah jatuhin talak kemarin."

"Ya Allah...." Farida terperangah. "Yang kuat ya, Han." Hana hanya mengulas senyum sembari mengangguk.

***

"Gimana?!" Tanya Gilang saat ia bertemu Azam di sebuah kedai kopi di kota tempat mereka tinggal, Sukabumi.

"Lancar, tinggal daftarin ke pengadilan agama." Jawab Azam.

"Drop?" Gilang memastikan.

"Untungnya nggak." Jawab Azam sembari mengeluarkan ponsel. Alih-alih menerima panggilan yang masuk, ia malah tertegun menatap layar ponselnya.

Duuuh angkat jangan ya? Bahas Hana bukan ya? Males banget kalau iya. Batin Azam.

"Siapa?" Gilang yang penasaypun akhirnya bertanya. Maklum Azam bukannya terima panggilan malah menatap lekat layar ponselnya.

"Ayah." Jawab Azam singkat.

"Udah cerai masih panggil Ayah aja." Goda Gilang yang mengundang seulas senyum Azam.

"Mantan mertua yang lagi on the way jadi ayah mertua lagi." Ujar Azam penuh percaya diri.

"Yakin amat."

"Yakin, abis ini bakal gue rebut Hanin gue dari bocah ingusan itu." Tegas Azam.

"Nggak apa-apa? Bekas bocah dong?" Cerca Gilang.

"Kurang ajar emang tuh bocah tapi nggak apa-apa." Sahut Azam yang membuat kerutan di dahi Gilang terlihat meski samar karena ia juga menggelengkan kepalanya.

Suami MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang