Pagi-pagi sekali Rafa mengajak istri dan orangtuanya ke bengkel Budi. Ia ingin orang-orang yang dicintainya itu menjadi saksi, ia pernah berjuang membuka usaha meski skala kecil. Berjuang demi rumah tangga yang ia bangun dan bina.
Junaedi jelas bangga. Meski sempat ketar ketir mengizinkan putra semata wayangnya itu menikah dini, tapi melihat kesiapan dan kematangan Rafa, ia pun sedikit agak tenang.
Sama seperti Junaedi, Nur pun sangat bangga. Bayi kecilnya itu tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Mata Nur sampai berkabut dibuatnya.
"Buat kamu." Bisik Rafa pada Hanin.
"Kok buat aku?" Tanya Hanin tidak mengerti.
"Ya apapun yang aku lakukan kemarin terlebih hari ini dan ke depannya, itu semua buat kamu dan anak kita nanti." Ujar Rafa dengan tatap lekat tepat ke bola mata Hanin.
"Makasih." Hanin jelas terharu. Hanya kata itu yang sanggup ia ucapkan saat ini.
"Sama-sama." Jawab Rafa yang lalu langsung sibuk menerima kiriman dari sebuah katering nasi box.
"Semoga Allah kasih kamu kesehatan, keberkahan dan kelancaran." Ujar Hanin kemudian saat ia menghampiri Rafa.
"Aamiin."
Acara opening kali ini pun diisi dengan pembagian nasi box pada orang-orang yang kurang beruntung dan kebetulan melintas di depan bengkel. Selain itu seluruh pengunjung baik itu ke bengkel, warung kopi, cuci steam atau pun barbershop, semua mendapat welcome drink secara cuma-cuma.
"A, sampai jam berapa di sini?" Tanya Junaedi saat Rafa sudah selesai membagi-bagikan nasi box dibantu Hanin dan Nur.
"Bentar lagi." Jawab Rafa.
"Kita makan di luar. Papa mau traktir kalian semua." Ujar Junaedi.
"Dalam rangka?" Tany Rafa dengan sedikit kerutan halus.
"Opening usaha baru." Jawab Junaedi enteng.
"Nggak kebalik ya?!" Tanya Rafa nyengir.
"Suka-suka Papa. Papa yang mau traktirnya." Sahut Junaedi santai yang membuat semua terkekeh.
Setelah memastikan ini dan itu, Rafa pun berpamitan baik pada Budi maupun pada Erna, orang yang akhirnya ia amanahkan usahanya selama dirinya tidak berada di Sukabumi.
Mobil Rafa dan Junaedi akhirnya berlalu dan tepat saat itu juga masuk motor Azam ke area bengkel Budi.
"Kenapa, A?" Tanya salah satu montir yang bekerja di bengkel Budi.
"Ganti oli." Jawab Azam.
"Oiya siap. Ditunggu aja, A."
Azam melirik kiri kanan. Ia mendapat informasi mengenai bengkel ini dari temannya. Tidak menyangka bengkel yang rekomendasikan Rizal kemarin itu senyaman dan selengkap ini fasilitasnya. Azam pun pamit pada montir yang menerima motornya hendak pangkas rambut terlebih dahulu. Maklum rambutnya memang sudah waktunya untuk dipangkas.
"Digimanain, A?"
"Dirapiin aja." Jawab Azam sekilas sembari menyentuh rambut di bagian atas telinganya.
"Siap."
"Saya baru tahu ada bengkel di sini. Enak, nyaman dan ternyata komplit ya?! Ini siapa yang punya?" Tanya Azam penasaran.
"Kalau bengkel punyanya A Budi. Kalau barbershop, warung kopi sama cuci steam punya temennya A Budi. A..." Hampir ia menyebut nama Rafa saat seorang pengunjung bengkel ada yang masuk hendak pangkas rambut juga. "Silakan, A. Ditunggu ya."
![](https://img.wattpad.com/cover/372213363-288-k954204.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Muda
RomanceIstri lebih muda itu biasa. Suami lebih muda? Sekuel cerita, Iparku Mantanku... Happy Reading ❤️