SM 13

663 28 1
                                    

"Kenapa, Yah?"

"Ayah khawatir."

"Khawatir apa?"

"Itu..." Tedi menggantungkan kalimatnya beberapa saat. "Rafa ada di Sukabumi, otomatis Hanin lagi barengan sama Rafa. Takut jauh aja." Ujar Tedi tidak jelas.

"Maksud Ayah?" Tanya ane dengan kening mengernyit. Tidak mengerti.

"Namanya juga laki-laki, mau cinta mau nggak, kalau ada celah mah pasti dilakuin."

"Terus gimana?" Ane kembali bertanya setelah sedikit mengerti maksud suaminya itu.

"Sebisa mungkin jangan."

"Tapi siapa tau mereka malah udah gituan."

"Jangan sampai." Tegas Tedi. "Coba Ibu cari tahu."

"Heh?!"

"Demi Hanin juga, Bu. Emang Ibu mau punya cucu saat orangtunya belum siap. Lagian punya cucu itu mahal. Iya sih Pak Junaedi keluarga berada, tapi kan Rafa nya...." Tedi tidak melanjutkan kalimatnya.

"Iya nanti Ibu cari tahu."

***

"Gue nggak rela, nggak rela."

"Kok bisa ya?! Selera Rafa ternyata nggak banget." Citra speechless.

"Kalau dia sama... minimal selebgram Sukabumi itu, gue nggak apa-apa. Jiiirr ini... Sama tante-tante." Ujar Freyabyang sempat mendengar kabar burung mengenai kedekatan Rafa dengan salah satu selebgram Sukabumi.

"Dijodohin kali makanya itu keluar sama Pak Junaedi dan ibunya."

"Pokoknya gue nggak rela."

"Terus lu mau apa sekarang?"

"Gue belum tau mau apa."

Citra yang biasanya mengompori siang ini mendadak bungkam, bingung harus apa.

***

"Sini aku yang bawa." Rafa mengambil alih troli yang tengah didorong Hanin.

"A, tumben diem aja." Seloroh Nur.

"Pilih buat stok di kost-an." Timpal Junaedi. "Hanin ayo, pilih juga." Titahnya kini pada Hanin.

"Nggak." Geleng Hanin sungkan.

"Ehh ayo, sekalian." Sahut Junaedi.

"Iya Hanin. Ambil aja. Kamu juga, A. Biar nggak susah cari cemilan di kost-an." Nur menimpali. "Kita nanti makan di mana, Pa?" Tanyanya kemudian pada sang suami.

"Terserah. Papa gimana kalian aja."

"Kalau di Soraya pada mau nggak?" Tanya Nur pada suami, anak dan menantunya.

"A? Hanin?" Junaedi ikut bertanya.

"Hanin ikut aja." Jawab Hanin.

"Kamu?" Kini Junaedi bertanya sembari menepuk pundak putranya itu.

"Ayo." Sahut Rafa.

Selesai berbelanja mereka pun segera menuju sebuah restoran di pusat perbelanjaan itu, Soraya. Semua memesan lalu duduk. Junaedi duduk bersampingan dengan Nur, dan di depan mereka ada Hanin dan Rafa.

Rafa duduk di samping kiri Hanin. Hanin melirik dengan sudut matanya, entah mengapa ia merasa Rafa masih terkontaminasi rasa tidak nyaman. Mungkin dari nada bicara Rafa saat ini. Hanin pun kemudian mendaratkan tangan kirinya di atas paha kanan atas Rafa. Jelas Rafa terperanjat dan sempat melirik Hanin sebelum akhirnya ia menikmati sentuhan itu sembari terus bercengkrama dengan Junaedi juga Nur.

Suami MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang