Jarum jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, dan akhirnya tugas kelompok yang dikerjakan oleh Ping dan Max selesai juga, ya 80%. Mereka berdua menghela napas lega sambil melihat catatan dan presentasi yang sudah tertata rapi di laptop. Setelah kerja keras seharian, hasilnya pun memuaskan.
Max menoleh ke Ping. "Ping, mantap dah kelar kan bagian gue? Setelah semua ini, gimana kalau kita cari makan? Gue tahu tempat yang enak nggak jauh dari sini."
Ping tersenyum, menyadari perutnya yang mulai keroncongan. "Boleh, Gue juga lapar kak," jawabnya sambil merapikan barang-barangnya. "Tapi abis makan, ke lapangan basket yuk kak. Meen ada latihan hari ini, pingin liat bentar udah lama."
Max mengangguk paham. "Oh, jadi mau kasih semangat, ya?" godanya sambil tersenyum jahil.
Ping tertawa, sedikit tersipu. "Bukan begitu, cuma mau mampir sebentar aja. Lagian gue udah lama juga gak liat dia latihan Kak"
"Ya udah gue juga ikut."
Mereka pun beranjak meninggalkan ruangan untuk mencari makan bersama. Setelah makan, Max dan Ping langsung menuju lapangan basket. Di sana, ia bisa melihat Meen sedang fokus berlatih bersama timnya. Ping tersenyum sambil duduk di pinggir lapangan.
Meen yang melihat kehadiran Ping dari lapangan langsung merasa lebih bersemangat. Setiap kali ia mencuri pandang, ia bisa melihat Ping tersenyum, dan itu membuat latihannya terasa lebih menyenangkan. Setelah peluit akhir berbunyi, Meen dengan penuh semangat berlari ke arah Ping, ingin segera berbagi cerita latihan hari itu.
Namun, langkah Meen tiba-tiba terhenti. Dari kejauhan, ia melihat Ping sedang duduk berdekatan dengan Max. Max tampak mencondongkan tubuh ke arah Ping, dan wajah mereka tampak begitu dekat, seolah-olah ada sesuatu yang hanya bisa mereka lihat berdua. Rasa penasaran bercampur dengan sedikit perasaan aneh mulai mengisi pikiran Meen. Kesal, itulah yang Meen rasakan.
Meen merasa bingung dan sedikit ragu untuk mendekat. Tapi akhirnya, dengan menguatkan hati, Meen melangkah mendekat sambil menyapa dengan nada yang agak ditahan, tapi
"Kak!" suara Vina yang berhasil menghentikan langkah Meen.
"Kenapa Vin?"
"Kakak mau kemana? Kita ada briefing dulu kak sebentar."
"Agghh Dew." gerutu Meen sembari mengusap rambutnya kasar, "Ya udah."
Seperti biasa setelah latihan usai, tim basket berkumpul di tepi lapangan untuk mendengarkan evaluasi dari pelatih. Mereka mendiskusikan hasil latihan, membicarakan apa yang perlu diperbaiki, dan bagaimana memaksimalkan kerja sama tim. Setelah beberapa menit pembicaraan, akhirnya latihan hari itu resmi selesai.
Begitu selesai, Meen langsung berlari menuju tempat di mana Ping tadi duduk. Namun, begitu ia sampai di sana, tempat itu kosong. Ping sudah tidak terlihat. Meen segera merogoh kantongnya dan mengambil ponsel. Ia terkejut melihat layar ponselnya—ada lima panggilan tak terjawab dari Ping.
"Loh, kenapa Ping meneleponku berkali-kali?" gumam Meen, merasa sedikit khawatir.
Ia buru-buru menelepon balik Ping. Setelah beberapa kali nada sambung, akhirnya Ping mengangkatnya.
"Oy latihan lu udah kelar belum?" suara Max terdegar sangat berisik.
"Max?" tanya Meen dengan nada cemas.
"Iya ini gue, gue sama si Ping di luar gedung."
"Pingnya mana?"
"Aduh ribet dah, mending lu sini deh."
"O-oke."
"Buruan!"
Meen dengan segera meraih semua barangnya, berpamitan kesemua anggota, dan berlari. Namun lagi-lagi Vina memanggilnya. Namun kini suaranya lemas, wajahnya sedikit pucat.

KAMU SEDANG MEMBACA
CHILDHOOD | MEENPING
FanfictionTadinya disini tuh ada deskripsi tapi gak tau dah yee kayak udeh baca aja lah yaaa... Happy reading aja dari saya. Don't forget to leave your sign, give love to meenping if you like my story woof yuuu 🐼🐺