5 || Aura gelap

73 50 2
                                    

Hello! Hello! Udah siap? Semoga terhibur dengan bab kali ini yaaa..

Come on, enjoy !

Julian membuka matanya, menyadari bahwa Marni sedang menyeka air matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Julian membuka matanya, menyadari bahwa Marni sedang menyeka air matanya. Ia bahkan tidak menyadari bahwa air mata telah mengalir dari matanya. Tatapan mereka bertemu, dan Marni tersenyum hangat padanya.

"Jangan takut untuk sendirian lagi," Marni meyakinkannya dengan lembut. "Sekarang aku di sini bersamamu."

Senyum lembut dan ramah perlahan mengembang di wajah Julian.

Dalam hati, ia bergulat dengan keinginan yang saling bertentangan, meskipun ia tidak ingin Marni terikat padanya selamanya, pikiran tentang kepergiannya juga membuatnya merasa hampa.

"Terima kasih, Marni," bisiknya. "Aku bersyukur kamu merasa seperti itu."

𓇼 ⋆.˚ 𓆝 𓆟 𓆞 𓆝 𓆟 ⋆.˚ 𓇼

Julian menyerahkan es krim itu kepada Marni sebelum membayar penjualnya. Marni dengan bersemangat menggigit es krim itu, kenikmatannya dengan cepat berubah menjadi cengiran saat dinginnya menyentuh gigi sensitifnya.

"Aww!"

Julian terkekeh melihat itu. "Hati-hati atau itu akan membuat otak mu membeku."

Marni kembali menjilati es krimnya dengan tenang, menikmati setiap gigitan yang dingin.

Pandangan Julian beralih ke arah taman yang tenang, menikmati suasana yang damai. Ia kemudian menoleh ke Marni. "Ayo."

Marni mengikuti Julian dari dekat saat mereka berjalan menuju taman, mencari hiburan dalam kesegaran udara luar yang menyegarkan.

Mata Marni membelalak kagum saat melihat taman yang hampir sepi itu, diselimuti suasana yang tenang dan damai.

Angin sepoi-sepoi yang sejuk membelai tubuh mereka dengan lembut, dan pemandangan laut yang memukau terhampar di depan mereka, membuatnya merasa takjub.

"Wow..." Suaranya penuh rasa kagum.

Julian tersenyum. "Udara sejuk, kan?"

Marni mengangguk setuju, senyum mengembang di wajahnya. "Ya, di sini sangat sejuk," katanya.

Angin segar mengibaskan rambutnya, dan pemandangan laut yang tenang memberikan rasa tenteram. "Rasanya sangat menenangkan."

Pandangan Marni tertuju pada laut yang tenang, pikirannya seakan tertuju pada tanah kelahirannya dan kerajaannya. Sudah tiga hari dia tidak kembali kesana, dia nyaman disini.

Julian mengamati tatapan Marni yang sendu ke arah laut dan, merasakan gejolak batinnya, dia berdeham sebelum mengajukan pertanyaan. "Apakah kamu tidak punya rencana untuk kembali ke tempat asalmu?"

MARNI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang