3 || Pria itu

90 58 3
                                    

Yuhuu ketemu lagi!! Udah siap buat baca bab 3 belum nih? Hayukk baca sama-sama !

Come on, enjoy !

Come on, enjoy !

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Marni melihat Julian sudah mengenakan pakaian kerjanya. Ia mengamati Julian sejenak dalam diam sebelum berbicara.

"Mau ke mana?" tanyanya, nadanya penuh rasa ingin tahu.

Julian sedang bersiap-siap untuk berangkat kerja, tetapi pertanyaan Marni membuatnya terdiam sejenak. Ia melirik Marni, ada sedikit keterkejutan di matanya.

"Oh, baiklah, aku akan berangkat kerja," jelasnya sambil merapikan kemejanya.

"Aku punya pekerjaan yang harus diselesaikan, kau tahu, untuk mencari nafkah dan sebagainya."

Mata Marni seketika membinar. Membayangkan bagaimana dia akan keluar melihat kehidupan manusia membuat dia bersemangat.

"Aku mau ikut! Aku mau ikut!"

Julian terkekeh pelan mendengar jawaban Marni yang bersemangat. Ia tidak menyangka Marni akan begitu antusias menemaninya bekerja di kafe.

"Kau mau ikut denganku ke kafe tempatku bekerja sebagai barista?" tanyanya dengan ekspresi bingung di wajahnya.

Marni mengangguk. Julian merenungkan permintaan Marni, mempertimbangkan kemungkinan jika dia meninggalkannya di rumah.

Mengetahui sifat penasarannya, ada kemungkinan wanita itu akan membuat kekacauan atau bahkan menghilang saat Julian pergi.

Setelah merenung sejenak, dia menghela napas dan menyerah.

"Baiklah, baiklah, kau boleh ikut denganku bekerja," katanya dengan enggan, senyum tipis mengembang di bibirnya.

Kegembiraan Marni mencapai puncaknya saat Julian menyetujui permintaannya. "Benarkah?" tanyanya, suaranya penuh dengan antusiasme.

Namun, Julian mengangkat jari telunjuknya, "Tapi dengan satu syarat," katanya, nadanya tegas.

Marni terdiam, kegembiraannya terhenti sejenak sambil menunggu keadaan Julian. Julian melanjutkan dengan ekspresi serius di wajahnya.

Marni mengangguk, matanya menunjukkan campuran antara rasa ingin tahu dan semangat.

Julian terdiam sejenak, memastikan bahwa dia mendengarkan.

"Berjanjilah padaku bahwa kau akan berperilaku baik dan tetap di kafe. Jangan berkeliaran atau membuat masalah, oke? Kafe adalah tempat kerja, dan aku tidak bisa membiarkanmu mengganggu di sana."

Marni mengangguk sekali lagi, kali ini ekspresinya lebih serius.

"Aku janji," katanya, suaranya penuh tekad. "Aku akan bersikap baik dan tetap di kafe. Aku tidak akan membuat masalah."

MARNI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang