14 || Perubahan alur ‼️

44 29 1
                                    

Come on, enjoy !

Come on, enjoy !

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Marni berjalan tanpa tujuan, bergulat dengan campuran emosi dan pikiran. Dengan Julian yang mengizinkannya meninggalkan rumah sekarang, ia merasakan sedikit kebebasan, tetapi juga ketidakpastian yang mengganggu tentang bagaimana cara melanjutkan.

Hal terpenting adalah tidak melangkah terlalu jauh, seperti yang disebutkan Julian.

Marni melihat seorang anak kecil menangis tersedu-sedu, es krimnya tergeletak sedih di tanah. Ia segera mendekati gadis kecil itu, dengan ekspresi khawatir di wajahnya.

"Hei, Nak," Marni bertanya dengan lembut, berjongkok agar sejajar dengan anak itu. "Ada apa? Kenapa kamu menangis?"

Gadis kecil itu mendengus dan menyeka air matanya, cemberutnya masih terlihat jelas. "Es krim ku jatuh..." katanya di sela-sela isak tangisnya, sambil menunjuk es krim yang jatuh ke tanah.

"Di mana ibumu?" tanya Marni.

"Di sana," kata gadis itu sambil menunjuk ke arah ibunya. Tatapan Marmi sambil mengikuti arah jari gadis itu. Benar saja, dia melihat sang ibu yang asyik berbicara di telepon.

Marni kemudian tersenyum padanya. "Kalau begitu, aku akan membelikanmu es krim tapi jangan menangis lagi, oke?"

Seketika gadis itu berhenti menangis dan menjadi bingung. "Benarkah? Kau akan membelikanku es krim?"

Marni terkekeh, tersentuh oleh keterkejutan polos gadis itu. "Ya, sungguh," tegasnya. "Tapi hanya jika kau berjanji untuk berhenti menangis. Setuju?"

Wajah gadis itu berseri-seri karena kegembiraan, air matanya yang sebelumnya mengalir kini terlupakan. "Benarkah? Bolehkah aku memilih rasa yang aku suka?"

Marni terkekeh, benar-benar terhibur oleh antusiasme gadis itu. "Ya, kamu boleh pilih rasa yang kamu suka. Janji saja padaku kamu akan berhenti menangis, oke?"

Wajah gadis itu langsung berseri-seri saat membayangkan harus memilih rasa es krim favoritnya. "Aku janji!" katanya, air matanya yang tadi sempat menetes segera tergantikan oleh senyum lebar.

𓇼 ⋆.˚ 𓆝 𓆟 𓆞 𓆝 𓆟 ⋆.˚ 𓇼

Harley duduk, dengan tenang membelai anak anjing milik pelanggan yang tenang di pangkuannya. Matanya terpaku pada jam pasir di depannya, memperhatikan waktu yang perlahan berdetak. Senyum sinis terbentuk di wajahnya saat dia merenungkan nasib Marni yang akan datang.

"Oh, Princess yang malang," renungnya, suaranya diwarnai dengan sedikit ejekan. "Hanya tinggal 2 bulan lagi, sampai dia tidak akan pernah bisa bertemu dengan manusia bernama Julian lagi."

Harley mengamati jam pasir itu, pasir di dalamnya perlahan menetes ke bawah. "Hm, hari kedua sekarang," katanya keras-keras, masih membelai anak anjing di pangkuannya.

MARNI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang