16 || Mr. Rovther

46 29 1
                                    

Silahkan menikmati ceritanya !

Julian mendesah ketika menyadari Marni belum kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Julian mendesah ketika menyadari Marni belum kembali. Kyle dan Isabella asyik mengobrol, tidak menyadari kegelisahan yang menggerogoti Julian.

Kenapa dia sangat lama?

Sementara itu, Marni dan Desti saling berhadapan, tatapan mereka saling beradu tajam. Suara Marni tetap tenang saat bertanya, "Kenapa kau bertanya?"

Desti melepaskan genggamannya pada lengan Marni dan melipat tangannya, kedua lengannya bersandar di dadanya. Tatapannya tetap tajam saat dia berkata, "Tadi aku melihatmu bersama Julian. Julian adalah teman kampus ku." Dia kemudian mencondongkan tubuhnya, menatap mata Marni semakin dalam. "Apakah kau pacar Julian?"

Marni terdiam sejenak. Dia tahu wanita di depannya itu adalah orang yang sama dengan yang dia lihat waktu wanita itu pergi bersama Julian.

Desti kembali menegakkan punggungnya lalu mengamati mata Marni dengan saksama, terkesima oleh warna ungunya.

Warna yang berkilau seperti mutiara itu tidak seperti warna mata manusia mana pun yang pernah dilihatnya. "Warna matamu aneh. Bahkan orang albino tidak memiliki warna mata seperti ini."

Mata Desti menyipit curiga. "Apa kau..."

Marni mendesah jengkel dan segera berkata dengan tegas, "Aku Marni, dan aku teman Julian."

Keheningan menyelimuti udara saat Desti mencari tanda-tanda tipu daya, tetapi pernyataan Marni mengandung kebenaran yang jelas dan tak tergoyahkan.

Desti mencibir, suaranya dipenuhi sarkasme, "Oh benarkah? Lalu mengapa kalian berdua berpegangan tangan?"

Marni berusaha keras untuk tetap tenang, kesabarannya diuji oleh kegigihan Desti. Dia menjawab dengan tegas, "Itu normal. Aku bukan pacar Julian, mengerti?"

Marni meniru bahasa tubuh Desti, menyilangkan lengan di dada dengan sikap menantang. Kemudian, sedikit ejekan tersungging di bibirnya saat dia menambahkan, "Dan bahkan jika aku adalah pacar Julian, apakah itu membuatmu cemburu atau semacamnya?"

Mata Desti membelalak, terkejut dengan sikap Marni yang kurang ajar. Rahangnya menegang karena kesal, menggertakkan giginya saat dia menegur, "Jangan menuduhku tanpa dasar. Itu tidak sopan."

Marni tidak bisa menahan tawa menanggapinya. Sambil menyeringai, dia membalas, "Memangnya aku salah? Apa aku salah?"

Tatapan mata Desti mengeras, ekspresinya semakin gelap. Keberanian dan ejekan Marni jelas-jelas membuatnya geram. "Kau benar-benar..."

Desti kemudian mengacungkan jari telunjuknya dengan menantang ke arah Marni, suaranya tegas penuh tekad. "Dengar, kau tidak akan bisa menjadi pacar Julian. Tidak akan pernah."

Marni, yang tidak terpengaruh oleh ancaman Desti, memiringkan kepalanya dengan acuh tak acuh sebagai tanggapan.

Desti melanjutkan dengan tegas, "Aku pantas bersamanya, kau dengar itu? Kau aneh, warna matamu sangat aneh. Julian tidak akan pernah menyukai gadis sepertimu."

MARNI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang