New York, kota yang tak pernah tidur, memancarkan aura yang begitu dinamis dan penuh energi, seolah memiliki kehidupan sendiri. Di pagi hari, saat matahari baru saja menyentuh cakrawala, kota ini sudah penuh dengan hiruk-pikuk aktivitas. Jalan-jalan dipenuhi orang-orang yang bergegas menuju pekerjaan mereka, dengan langkah cepat dan ekspresi fokus. Suara klakson mobil dan deru mesin bus menciptakan simfoni urban yang tak pernah berhenti.
Central Park menjadi oase hijau di tengah hutan beton ini. Di pagi hari, taman ini penuh dengan jogger, pesepeda, dan orang-orang yang berjalan santai sambil menikmati udara segar. Di musim semi, bunga-bunga bermekaran, menambah warna dan aroma yang menyegarkan. Musim gugur mengubah dedaunan menjadi karpet warna-warni yang memikat mata.
New York adalah kota yang penuh kontras, tempat di mana impian dan kenyataan bertemu, tempat di mana setiap sudut memiliki cerita, dan setiap langkah membawa petualangan baru. Suasana kota ini tidak hanya ditentukan oleh gedung-gedung megah dan jalan-jalan yang ramai, tetapi juga oleh jiwa dan semangat orang-orang yang menyebutnya rumah.
Dan disinilah Kim Seokjin berada.
New York adalah tempat pengasingannya.
Seokjin duduk sendirian di kamar yang terasa lebih seperti penjara daripada tempat berlindung. Ia merasakan kesakitan yang menggerogoti hatinya, sebuah rasa penyesalan yang begitu dalam dan menusuk hingga ke tulang. Di atas meja di depannya, ada foto Yoongi, gadis yang pernah ia cintai dengan segenap jiwa, namun juga gadis yang pernah ia sakiti tanpa ampun.
Yoongi, dengan senyum cerah dan mata berbinar, selalu mampu membuat dunia Seokjin lebih berwarna. Namun, ketidakdewasaan dan keegoisan telah membutakan hatinya. Dalam sebuah momen gelap yang dipenuhi dengan kebodohan dan ketidakmampuan untuk mengendalikan nafsu, Seokjin telah melecehkan Yoongi. Kata-kata kasar dan tindakan yang tidak pantas terlontar begitu saja, meninggalkan luka yang dalam di hati Yoongi. Ia ingat bagaimana Yoongi menangis malam itu, air matanya mengalir deras seolah mencerminkan betapa hancurnya perasaannya.
Ia tersadar saat itu, cintanya masih berbentuk obsesi. Bahkan mungkin hingga saat ini. Namun ia tidak bisa menampik bahwa setitik perasaan yang ia miliki untuk Yoongi adalah cinta. Seokjin tidak membual mengenai bagaimana perasaannya ketika melihat Yoongi dan melihat gadis lain. Ia tahu, itu merupakan tindakan tak bermoral yang membuatnya mempertanyakan kewarasannya juga.
Seokjin sudah berulang kali mendengarnya dari mulut Yoongi. Kau sakit jiwa, Seokjin.
Ya, siapa yang tahu jika cinta bisa membuatmu menjadi seperti ini.
Waktu berlalu, namun kesalahan itu terus menghantuinya. Setiap malam, bayangan Yoongi yang menangis menghantui mimpi-mimpinya. Ia ingin meminta maaf, ingin memberitahu Yoongi betapa ia benar-benar menyesal dan betapa ia mencintainya. Namun, rasa malu dan ketakutan menghalanginya untuk mendekati Yoongi lagi. Ia hanya bisa melihat dari kejauhan, melihat bagaimana Yoongi perlahan-lahan menjauh, semakin tak terjangkau.
Hari itu, berita buruk datang seperti petir di siang bolong. Yoongi telah meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan tragis. Dunia Seokjin seketika runtuh. Ia merasa seperti ditikam oleh ribuan pisau, luka yang tak pernah bisa sembuh. Kesempatan untuk meminta maaf, untuk mengungkapkan cintanya yang tulus, telah hilang selamanya. Yoongi telah pergi, meninggalkannya dengan beban penyesalan yang tak terukur.
Seokjin ingat janjinya, ia akan pergi setelah semua ini berakhir dan tidak akan menampakkan wajahnya di hadapan Yoongi lagi. Namun seharusnya cukup dengan dirinya yang pergi, gadis itu seharusnya tetap hidup di dunia.
Dan ia tahu, sampai akhir hidupnya, hanya kebencian yang bersarang di hati gadis itu untuknya.
Seokjin menerima dengan lapang dada.
Untuk Kim Brengsek Seokjin.
Ya, ini aku Yoongi. Kau pasti sedang tertawa saat ini karena ketika kau membaca surat ini itu berarti aku sudah mati, sudah kalah.
Terus terang saja, aku tak menyangka akan menulis surat ini untukmu. Jadi aku hanya akan mengatakan seberapa bencinya aku denganmu.
Tidak peduli jika pada akhirnya kau bertaubat Kim Seokjin, aku tetap akan membencimu dimana pun aku berada. Bahkan mungkin setelah ini aku akan menghantuimu.
Aku perlu mengatakan bahwa kau sangat brengsek, keji, tidak bermoral. Pendidikan tinggimu ternyata tidak menjamin kau akan menjadi manusia baik.
Ah, padahal dulu aku sangat menyukaimu, mengagumimu. Tapi siapa sangka, aku akan menyukai seorang predator bajingan sepertimu.
Hey, Kim Seokjin, aku memang tidak bisa membuatmu mati membusuk di penjara, tapi akan kupastikan setelah ini hidupmu tidak akan tenang. Jangan harap aku akan memaafkanmu.
Aku teringat hari dimana kau menjelaskan semuanya, menjelaskan bagaimana obsesimu tumbuh karenaku. Aku sungguh tidak percaya kau mengatakan itu padaku. Kau menyakiti hatiku, kau menyakiti perasaan tulusku yang dulu kupunya untukmu.
Lalu secara tidak langsung kau mengatakan, karena akulah semua kegilaan ini bermula. Wow, Kim Seokjin, kau dan semua kejutanmu, tidak pernah gagal membuatku terkejut.
Kau memang pria brengsek yang tidak pantas mendapatkan cinta dari siapapun.
Aku mohon sekali, setelah ini jangan ada korban lagi. Jangan ada Yoongi lainnya.
Dan tolong, jangan muncul di makamku atau bahkan di hadapan Ibuku. Apapun alasanmu, jangan.
Sudah cukup kekacauan yang kau buat.
Membusuklah di neraka, Kim Seokjin.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Chaos [NEW VERSION] [✔]
Short Story[genderswitch] Seorang gadis yang jauh dari kata baik. Pun sejak dulu hidupnya tak pernah baik-baik saja. Dan kini semakin runyam. Kehadiran 6 pemuda di sekelilingnya tak membuat segalanya membaik. yoongi gs