+ Chapter 12

172 24 52
                                    

Rasa malu menggerogoti dirinya. Rasa-rasanya titel keluarga terhormat sudah tidak lagi pantas untuk disematkan pada keluarganya, yang lebih cocok disebut sekumpulan orang egois, bodoh dan serakah. Ketika orang tua Jimin memutuskan untuk berpisah, Yoongi tahu cepat atau lambat, giliran kehancurannya sudah dekat, hanya tinggal menunggu waktu saja. Saat ini, Yoongi berpikir bahwa lebih baik jika ayahnya menceraikan ibunya saja, daripada ia harus melihat ibunya menjadi yang kedua. Yoongi jadi penasaran, apakah kali ini ayahnya mencintai ibu Jimin atau lagi-lagi hanya karena uang dan kekuasaan belaka. Sebut saja Yoongi menyerah terlalu dini. Namun, sepertinya memang tak ada lagi yang bisa ia lakukan untuk sekedar menyelamatkan ibunya. Begitu saja, kehancuran menghampiri keluarganya, tak menyisakan sedikit pun cinta untuk ia nikmati barang sejenak. Lagi pun, seharusnya ia menyadari sejak awal bahwa tujuannya dilahirkan di dunia ini bukanlah untuk merasakan hal manis seperti itu.

Dan kini dirinya harus memasang senyum paling lebar sembari memainkan piano-nya seolah ini adalah momen yang telah ia tunggu sejak lama. Acaranya sudah berlangsung sejak beberapa menit yang lalu namun dirinya memilih melarikan diri menuju ruang tunggu. Menenangkan dan menahan diri untuk tidak mengacaukan acara besar yang didatangi oleh banyak kolega bisnis. Ruang tunggu kosong, hanya ada dirinya dan air conditioner yang menyala sia-sia. Tangannya menggenggam erat sisi gaunnya dengan mata yang menatap lurus pada cermin kecil di depannya. Menatap betapa menyedihkannya hidupnya.

Sedetik kemudian pintu terbuka lebar secara dibanting dengan tidak berperikemanusiaan dan membuatnya terkejut. Yoongi melihat bayangan Taehyung di cermin yang membuatnya menghela nafas lega karena bukan orang asing yang masuk. "Kenapa kau disini?", tanya Taehyung yang melangkah mendekati Yoongi seraya melepas jasnya, dan begitu tiba di belakang tubuh Yoongi, ia segera memasangkannya di pundak temannya yang tidak tertutup apapun.

Yoongi menghela nafas berat hingga membuat orang yang mendengarnya pun seketika akan tahu bahwa gadis itu sedang tak baik-baik saja. Gadis itu berbalik dan menatap Taehyung dengan matanya yang kosong, membuat Taehyung segera maju merangsek memeluk tubuh gadis yang lebih kecil darinya. "Tidak apa-apa, kita bisa pulang jika kau tidak nyaman", bisiknya seraya mengusap punggung Yoongi dengan sayang. Ketika dirinya dihadapkan dengan Yoongi yang kuat dan selalu menatap nyalang orang-orang terkadang membuatnya takut dan berpikir bahwa gadis ini bisa berdiri sendiri dengan kaki kecilnya namun saat gadis itu berada di pelukannya ia sadar bahwa ia telah salah. Gadis ini tak lebih dari seseorang yang harus ia lindungi.

Yoongi menggeleng kecil di dadanya, "Aku hanya butuh sedikit waktu, lagipula permainan bahkan belum dimulai, Taehyung", gumamnya tak ayal membuat Taehyung melepas pelukan mereka dan menatap Yoongi bingung. "Kau tidak sedang merencanakan sesuatu, bukan? Sebaiknya apapun rencanamu, jangan kau lakukan. Itu hanya akan membuatmu dipandang buruk oleh media".

Suara kekehan keluar begitu saja dari bibir tipis sang gadis. "Masa bodoh, aku sudah dipandang buruk sejak dulu. Menambah sedikit garam kurasa tidak ada bedanya".

Yoongi dengan kegigihannya. Tak ada satupun yang bisa menghentikan gadis yang malam ini tampak menawan dan menyedihkan sekaligus. "Jangan menatapku seperti itu, aku tahu aku terlihat menyedihkan".

Sontak Taehyung menggeleng cepat, "Tidak, kau menawan. Sungguh". Jawaban dari pemuda yang mengenakan jas hitam itu tak ayal membuat Yoongi tersenyum. "Aku tahu mungkin ini akan terdengar aneh, tapi terima kasih". Terkadang gadis di hadapannya ini bisa menjadi sangat manis seperti gadis polos, namun sebaiknya jangan sematkan kata itu di tengah namanya karena Taehyung tahu betul tabiat gadis yang ia sukai itu. Taehyung mengangkat tangannya guna mengusak rambut Yoongi lembut pasalnya ia tahu rambut itu sudah ditata sedemikian rupa.

"Aku berjanji akan selalu ada di sisimu, apapun yang terjadi. Jadi izinkan aku untuk menggenggam tanganmu sampai akhir".

Yoongi hanya mampu tersenyum mendengar untaian kalimat terindah yang pernah diucapkan seseorang untuknya. "Aku harus kembali".

Sweet Chaos [NEW VERSION]  [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang